Ruwatan Murwakala Cirebon

Achmad Opan Safari, S.Ag.
Universitas Padjadjaran

I. Pendahuluan
Ruwat dalam bahasa Cirebon memiliki makna meningkatkan, melindungi, menjaga, atau memelihara. Kata yang hampir mirip maknanya dengan Ruwat adalah ngrumat yang memiliki arti kurang lebih adalah menjaga atau melestarikan. Sedangkan “Murwakala” berasal dari dua kata yang terdiri dari “murwa” dan “kala”. Murwa berasal dari kata dasar purwa yang artinya dahulu dan kala berarti waktu atau masa. Jadi “Ruwatan Murwakala” memiliki pengertian meningkatkan derajat manusia, seperti yang pernah diungkapkan oleh Dr. Mas’ud Thoyib, M.A. “Ruwatan berarti mengembalikan manusia kepada keadaan semula”. Keadaan semula yang dimaksud oleh Direktur Seni Budaya dan Pariwisata TMII ini adalah keadaan fitrah. Sebab manusia lahir atas kehendak Tuhan yang Maha Suci, sehingga seluruh manusia lahir dalam keadaan suci atau fitrah.
Ruwatan Murwakala Cirebon diangkat dari sebuah naskah turun temurun milik Ki Dalang Udaya. Naskah asli ruwatan ini sudah terbakar pada masa awal Orde Baru berkuasa. Dengan alasan membersihkan PKI dan ormas-ormasnya, keluarga Ki Dalang Abyor (Ayah dari Ki Dalang Udaya) yang dulu kritis terhadap Orde Baru termasuk yang menjadi sasaran. Ketakutan istri Ki Dalang Abyor memaksanya membakar seluruh Naskah dan Buku-buku Kaweruh Wayang Cirebon, hanya beberapa lembaran catatan do’a-do’a dan kaweruh lisan yang diberikan secara turun temurun saja tidak ikut musnah.
Ruwatan Murwakala Cirebon tidak hanya berfungsi sebagai ritual belaka tapi juga berguna untuk meningkatkan semangat Nativisme yang berimbas pada munculnya harapan akan datangnya abad baru yang dijanjikan. Naskah Ruwatan diperkirakan muncul pada abad ke 18 sebagai alat propaganda dalang dalam menentang kolonialisme Belanda. Dr. Matthew Isac Cohen yang riset Desertasinya dilakukan di Cirebon, menegaskan bahwa ruwatan adalah buah tangan asli orang Indonesia, saya tidak pernah menemukan terminology Ruwatan
dalam literatur di India. Dia mencontohkan lakon ruwatan yang digubah oleh R. Ngabehi Ronggowarsito yang berjudul “ Sastra Jendra Rahayuningrat Pangruwating Diu ”.
Sastra : Kitab, Literatur, naskah
Jendra : Raja-raja
Rahayu : mempercantik, selamat, sejahtera
Ningrat : (Hing Rah) meninggikan derajat
Pangruwating : Meningkatkan, memelihara, menjaga
Diu : Raksaksa, orang yang berkasta rendah
Terjemahan bebasnya berarti “Kitab Raja-raja yang berguna untuk meningkatkan derajat hidup manusia”. kalau isi kitab ini diajarkan kepada manusia niscaya akan tinggilah derajatnya, sehingga Dr. Matthew Isac Cohen meyakini bahwa kitab ini sengaja ditulis untuk membakar semangat para pejuang untuk melawan Belanda.
Ruwatan mengandung wacana multi interpretasi, tergantung dari pendekatan apa yang digunakan, banyak Sarjana Barat yang menafsirkan bahwa Kitab Sastra Jendra atau Ajian Sastra Jendra merupakan ungkapan lain dari kitab samawi seperti Taurot, Injil, dan Al Qur’an, sementara para ahli tarekat di Cirebon menegaskan bahwa ruwatan merupakan ajaran tasawuf yang diwariskan secara turun menurun. Ajaran tasawuf itu ditempuh dengan metode Tareqat Syathariyah yang sangat populer di kalangan masyarakat Cirebon. Wacana tarekat itu dibuka lewat kandungan isi surat Al Ashr dan pemaknaannya terhadap Ruatan Murwakala di Cirebon.
(1) ⎠⎠ϕ⎮ϖ∫♦⎮≈Α ��⊄
(2) ⎠ϕ⎮ν⌠α ©⎠°∫≈ ∫∅Β∫ν⎮℘ ⎠⎮⇐Α ⎥∅⎠Α
(3) ⎠ϕ⎮ϑ⎥υΒ⎠ΙΑ⎮⊂∫υ∫⊂∫Μ∫⊄ ⎠⎟∝∫Ζ⎮≈Β⎠ΙΑ⎮⊂∫υΑ∫⊂∫Μ∫⊄ ⎠Ο〉Ζ⎠…⎥ϖ≈ΑΑ⎮⊂⌠…⎠ℵ∫♣∫⊄Α⎮⊂⌠⊗∫↵〉Α ∫⊕⎮⊆⎠η⎥≈ ⎠⎮⇐⎠Α
1. Demi masa
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian
3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran ( Terjemahan Departemen Agama RI, 1986 – 1987).
Makna kandungan Surat Al Ashr jika dikaitkan dengan Ruwatan Murwala adalah sebagai berikut :
1. Demi masa dianalogikan sebagai Sangkala yang berarti Sang Waktu.
2. Orang yang dalam kerugian diartikan sebagai sukerta (bocah panas) atau orang yang harus diruwat.
3. Orang beriman, dianalogikan sebagai Dalang Karungrungan (di dunia tareqat dikenal dengan murshid).
Selain mengandung pemaknaan yang sangat kompleks, Ruwatan Murwakala Cirebon tidak hanya bersandar pada satu naskah, tetapi ada keterkaitan interteks dengan naskah-naskah lainnya seperti dengan Naskah Petarekatan, Naskah Pustaka Radja Purwa dan Naskah Nyai Murtasiya.
II. Kontroversi Sekitar Naskah Ruwatan Murwakala Cirebon
Di dalam Naskah Ruwatan Murwakala Cirebon ada beberapa versi yang berbeda antara satu naskah dengan naskah lainnya. Perbedaan itu disebab karena beberapa faktor :
1. Pertama karena di Cirebon ada beberapa kubu gaya pedalangan, yaitu :
a. Gaya pedalangan kidulan yang wilayahnya terbentang dari Jamblang, Palimanan, sampai ke Majalengka yang umumnya menggunakan laras pelog.
b. Gaya pedalangan loran yang wilayahnya terbentang dari Gegesik, Indramayu, Subang sampai ke Karawang. Di wilayah ini umumnya menggunakan laras prawa.
c. Wilayah non kidulan dan loran. Wilayah ini terdiri dari daerah yang terpencar-pencar, tapi membentuk koloni pedalangan tersendiri. Wilayahnya terdiri dari Dalangan Sempangan di Kecamatan Kapetakan, Dalang Kedawung di Kecamatan Kedawung dan dalang di Kecamatan Beber dan Astanajapura, di wilayah tersebut tadi, gayanya berbeda-beda tergantung kedekatan silsilah dalang dengan wilayah mana dia berasal.
2. Kedua karena kandha pedalangan yang diwariskan oleh pendahulunya. Untuk alasan yang kedua ini, versi tidak ditentukan wilayah misalnya Dalang Suwarta tidak menggunakan versi ruwatan umumnya dalang kidulan, walaupun lokasinya berada di sekitar wilayah tersebut.
3. Pengaruh dari gaya pedalangan lain. Pengaruh yang dimaksud adalah gaya pedalangan Wetan (baik Surakarta, Mataram).
Dari ketiga latar belakang perbedaan tadi menyebabkan warna versi ruwatan menjadi lebih bervariasi. Terkadang variasi ruwatan yang kaya tadi sering menjadi bahan perdebatan bagi yang meyakininya secara fanatik. Gaya satu versi dengan versi yang lainnya sering dianggap lebih sah dan lebih baik.
Adapun bagian- bagian yang menjadi kontroversi pada ruwatan tadi adalah sebagai berikut :
1. Keberadaan Dewi Tanana (Tanaya Sunda) dengan Dyah Huma.
2. Keberadaan Batara Guru atau Batara Wishnu yang menjadi Dalang Ruwatan.
3. Istilah yang paling tepat untuk dalang yang berhak meruwat, ada yang menggunakan Dalang Kandha Buana, Dalang Karungrungan atau Dalang Kalunglungan Kalung Janget.
4. Peranan Biyang Durga (bentuk kutukan Dyah Huma)
5. Antara Kidung Kala Cakra Balik dan Kidung Mulya Jasmani
a. Kidung Kala Cakra Balik masih menggunakan Carakan.
b. Kidung Mulya Jasmani bahasa campuran Kawi dan Arab, ada juga yang sudah diganti dengan do’a dari Al Qur’an.
III.Substansi Nilai Ajaran Dalam Ruwatan Murwakala Cirebon
1. Memanfaatkan Waktu
Di atas telah dijelaskan bahwa syarat diselenggarakan ruwatan terdiri dari 3 unsur, yaitu : Sangkala Sukerta dan Dalang. Sangkala berarti Sang Waktu, Sukerta (bocah panas) orang yang harus diruwat, dan Dalang berarti orang yang bisa membebaskan sukerta dari pengaruh buruk sangkala (waktu). Secara semiotik ketiga unsur tadi menunjukkan simbol-simbol yang memiliki makna bahwa kita harus dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.
Orang-orang Barat yang berpikiran materialistis menganalogikan waktu dengan “Time is Money” waktu adalah uang. Sedangkan orang-orang Arab yang tertempa hidup di gurun pasir mengibaratkan waktu sebagai pedang ∫±⎮∈⎥ν≈Β∫• ⌠Ο⎮≥∫⊂⎮≈∫Α
Adapun nenek moyang kita sangat jeli dalam melihat potensi bangsa kita yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi. Sehingga diciptakanlah ikon Batara Kala dengan penampilan yang begitu ekspresif. Ancaman bagi yang tidak bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya juga tidak kalah hebatnya, yaitu dimangsa sangkala yang divisualkan dalam wujud raksasa yang sangat menakutkan.
2. Etika Hubungan Rumah Tangga
Kamasala adalah sebuah produk yang dihasilkan dari sebuah hubungan keluarga yang tidak harmonis. Kamasala (sperma yang salah tempat) milik Batara Guru yang jatuh ke samudra, kemudian menjelma menjadi raksasa yang angkara murka, merupakan lambang dari hubungan suami istri yang tidak didasari pada etika. Dalam dunia wayang Cirebon etika hubungan berkeluarga itu diatur dalam sebuah kitab yang dikenal dengan Kitab “Asmaragama”. Di kalangan dalang kitab tersebut konon ditulis oleh Sunan Panggung atau Sunan Kalijaga.
Ajaran Asmaragama Sunan Panggung dalang wayang Cirebon disimpulkan dalam bentuk punakawan. Punakawan wayang Cirebon berjumlah 9 orang yang terdiri dari
1. Semar (mesem aja samar) senyumnya tidak samar (istri)
2. Curis (mancur kang aris) sperma di tempatkan secara baik
3. Bagong (amba kang legong) harus di tempat yang sesuai
4. Ceblok (nanceba ing seblok) harus setia pada pasangan
5. Bitarota (naro bibit kang rata) meletakkan benih yang baik
6. Cangkring (baka wis mancung ningkring) kalau berhasrat segera menghubungi istri
7. Gareng (mangga bareng rengreng) harus direncanakan bersama-sama
8. Duwala (aja padu bokat ala) jangan sembarangan jangan salah
9. Bagal Buntung (baka gagal buntung) kalau gagal nantinya cacat
Bentuk nasehat yang disimbolkan dalam sosok punakawan Cirebon yang bertampang sangat lucu merupakan metode surprising teaching Sunan Kalijaga. Yang dimaksudkan agar mudah diingat oleh penonton. Sebetulnya sasaran makna dalam ajaran kitab Asmaragama tersebut adalah esensi dari kadungan Surat Al Baqoroh ayat 223
ℑ⌠÷∫ν⌠°⎮℘∫⇐⎠Α⎮⊂⌠↵ ⎠φ∫≥ ∫⊄ ⎮ℑ⌠Ν⎮⋅⎠θ ©⎟>℘∫Α ⎮ℑ⌠÷∫Θ⎮ϕ∫ΨΑ⎮⊂∫Μ⎮Β∫↓ ⎮ℑ⌠÷∫≈ ⎞Τ ⎮ϕ∫Ψ ⎮ℑ⌠•⎮⊄⌠Β∫ν⎠℘
∫⊕⎮∈⎠⊗⎠↵⎮⊂⌠ℵ⎮≈Α⎠ϕ⎠⎟ρ∫Ι∫⊄ ⌠⊇⎮⊂⌠×∫…∫↵ ⎮ℑ⌠÷⎥∫℘Α⎮⊂⌠ℵ∫…⎮♣Α∫⊄ ∫⊃��⎟…≈Α⊂⌠×∫ΜΑ��⊄
Artinya : “Istri-istrimu adalah tanah persemaian bagimu, maka datangilah tanah persemaianmu, Bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah untuk dirimu dan bertaqwalah kepada Allah. Dan ketahuilah bahwa kamu akan menemui-Nya kelak. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman (Terjemahan Tafsir Jalalain).
1. Pentingnya Ilmu Pengetahuan dan Ibadah
Seandainya Sukerta (bocah panas) yang terdiri dari bocah salah laku, salah rupa, dan salah lahir itu dijabarkan, maka semua makhluk akan menjadi mangsa Batara Kala, kecuali Batara Wishnu dan Batara Guru.
Kedua dewa tersebut tidak mampu dimangsa oleh Batara Kala karena dua hal :
1) Batara Wishnu yang berperan sebagai Dalang Karungrungan atau simbol orang yang beriman (mursyid) tidak bisa dimangsa oleh Sang Kala (Sang Waktu) karena orang beriman selalu memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya untuk beramal saleh, nasehat menasehati, supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
2) Batara Guru sebagai ayah dari Batara Kala, tidak bisa dimangsa oleh Batara Kala karena memiliki ilmu pengetahuan. Keilmuan Batara Guru disini digambarkan dengan memiliki sebuah cangkriman (pepatah) yang tidak bisa ditebak oleh Sang Kala. Bunyi cangkrimannya adalah :
Daka woh Diki (wit gede wo cilik)
Diki woh Daka (wit cilik wo gede)
2. Perlakuan yang Baik Terhadap Kehamilan
Memperlakukan wanita yang sedang mengandung dengan baik tidak hanya dilakukan ketika secara medis diketahui tanda-tanda kehamilan, tetapi dalam tradisi orang-orang dahulu, sikap yang hati-hati itu yang harus ditunjukkan ketika sudah ada tanda-tanda perilaku kehamilan dari seorang wanita yang mau mengandung sedini mungkin.
Sebetulnya intisari dari sikap ini dilandasi oleh sebuah ajaran Islam yang terdapat dalam Surat Al Furqon ayat 71
Β⌡↵Β∫↵⎠Α ∫⊕⎮∈⎠×∫Ν⎮⊗⌠ℵ⎮…⎠≈ Β∫⊗⎮…∫♦⎮Υ∫⊄ ⎠⊕⌠∈⎮♣∫Α ∫∇∫ϕ⌠•Β∫⊗⎠Ν∫⊆⎠ι∫γΒ∫⊗⎠Υ∫⊄ ©⎮℘∫Α ⎮⊕⎠↵ Β∫⊗∫…⎮ϑ∫∩ Β∫⊗⎥Ι∫ι
Artinya: “Ya, Tuhan kami anugrahkanlah kami, istri-istri dan keturunan kami permata hati dan jadikanlah kami sebagai pemimpin orang-orang bertaqwa” (Terjemahan Al Qur’an DISBINTALAD).
Ajaran Islam tersebut dikemas dalam bingkai tradisi selamatan, mulai dari usia kandungan satu bulan hingga sampai menjelang kelahiran bayi. Ajaran ini dikutip dari sebuah naskah yang berjudul Nyai Murtasiyah. Naskah tersebut dibawakan lewat tembang macapatan (bujangaan) untuk upacara nuju bulan (memitu). Selain mengutip dari naskah tadi juga mengutip dari ajaran Martabat Pitu (tujuh) Naskah Petarekatan. Adapun isi dari ajaran dalam kedua naskah tadi disampaikan dengan cara Candra Wong Mbobot (wawacan orang hamil), adalah sebagai berikut :
4.1. Eka Padmasari Martabate Alam Zat
- Artinya, eka = satu, padma = kembang, sari = bau harum atau rasanya.
- Penjelasan : orang hamil satu bulan suka meminta macam-macam, terkadang yang aneh-aneh dan punya keinginan jalan-jalan.
- Martabate Alam Zat, kedudukannya masih dalam kehendak Dzat Yang Maha Kuasa..
- Untuk itu disarankan bersodaqoh tumpeng dengan lauk telur yang disimpan di dalam tumpeng. Ditunjukkan menghormati Nabi Adam. Do’a yang dibaca adalah Do’a Selamat.
4.2. Dwi Martana Martabate Alam Adjasam
- Artinya, dwi = dua, martana = wadah atau tempat
- Penjelasan : orang hamil menginjak usia dua bulan itu ingin selalu bersama suami (long golong).
- Martabate Alam Adjasam, kedudukannya masih berupa keinginan dari orang tua ingin memiliki anak.
- Sodaqohnya berbentuk tumpeng dengan lauk dipecel. Ditunjukkan untuk menghormati Nabi Yaqub. Do’a yang dibaca adalah Do’a Selamat Sulaeman.
4.3. Tri Waladnyana atau Tri Langgana Martabate Alam Akadiyah
- Artinya, tri = tiga, langgana = terang
- Penjelasan : orang hamil menginjak usia tiga bulan wajahnya terang bercahaya.
- Martabate Alam Akadiyah, kedudukannya masih berbentuk siri kehenedak Yang Maha Kuasa.
- Sodaqohnya nasi punar, lauknya telur dibuat dadar. Ditunjukkan untuk menghormati Nabi Ibrahim. Do’a yang dibacakan adalah do’a arwah.
4.4. Catur Warna atau Catur Winara Rupa Martabate Alam Wahidiyah
- Artinya, catur = empat, winara = monyet, rupa = cantik rupanya
- Penjelasan : orang hamil menginjak usia empat bulan suka banyak omong (cerewet), banyak bertingkah seperti anak kecil, seenaknya sendiri, dan cantik rupanya.
- Martabate Alam Wahidiyah, kedudukannya sudah tercipta benih roh yang akan menjadi nyawa si jabang bayi.
- Sodaqohnya ketupat, lepet, dan teng-teng angin. Ditunjukkan untuk menghormati Nabi Musa. Do’a yang dibacakan Do’a Syahid Syahadat.
4.5. Panca Surapagah atau Sura Panca Puguh Martabate Alam Arwah
- Artinya, panca = lima, sura = berani, puguh (pagah) = benar pada tempatnya.
- Penjelasan : orang hamil menginjak usia lima bulan punya keinginan mengenakan barang-barang yang baru dan tidak mau diam.
- Martabate Alam Wahidiyah, kedudukan roh sudah berada di tubuh janin.
- Sodaqohnya nasi langgi lauknya ayam muda. Ditunjukkan untuk menghormati Nabi Idris. Do’a yang dibacakan Do’a Thowil Umur.
4.6 Sad Guna Wawika Martabate Alam Misal
- Artinya, sad = enam, guna = pekerjaan, wawika = makanan
- Penjelasan : orang hamil menginjak usia enam perwatakannya pandai bicara dan pandai bekerja serta banyak makan.
- Martabate Alam Misal, kedudukan bayi sudah memiliki roh, jenis kelamin, dan takdir yang akan dibawanya.
- Sodaqohnya apem merah dan apem putih. Ditunjukkan untuk menghormati Nabi Dawud. Do’a yang dibacakan adalah do’anya Tolak Bala.
4.7 Sapta Kukila Martabate Alam Insan Kamil
- Artinya, sapta = tujuh, kukila = burung.
- Penjelasan : orang hamil menginjak usia tujuh bulan sering banyak bicara dan sering ngajak bertengka, ada saja yang menjadi bahan menyulut pertengkaran.
- Martabate Alam Insan Kamil, kedudukan bayi sudah sempurna siap untuk dilahirkan.
- Sodaqohnya membuat rujak untuk menebus kandungan. Ditunjukkan untuk menghormati Sayyidina Ali. Do’a yang dibacakan adalah do’anya Nabi Muhammad (Do’a Rasul).
4.8 Hasta Kunjana Yen Oli Wolu Sampurna
- Artinya, hasta = delapan, Kunjana = Benting (Jawa), bengkung (Sunda) stagen
- Penjelasan : orang hamil menginjak usia delapan bulan berarti sudah sempurna, tinggal diupayakan supaya mudah untuk dilahirkan.
- Martabate Alam Wahidiyah, kedudukannya sudah tercipta benih roh yang akan menjadi nyawa si jabang bayi.
- Sodaqohnya bubur lolos. Ditunjukan untuk menghormati Nabi Nuh.
4.9 Nawa Taksaka Lahir
- Artinya, nawa = sembilan, taksaka = ular
- Penjelasan : orang hamil menjelang usia sembilan bulan perwatakannya glondang glundung seperti ular pembawaan gerah, panas ingin mandi atau kipasan saja.
- Sodaqohnya minyak wangi dan minyak kelapa / minyak goreng. Ditunjukkan untuk menghormati para Nabi dan para Wali
4.10 Eka Dasa atau Dasa Tirta Kunarpa
- Artinya, eka = satu, dasa = sepuluh, tirta = air, kunarpa = mayat / bangkai
- Penjelasan : orang hamil sepuluh bulan sudah menjadi kehendak Gusti Allah, si jabang bayi sudah dalam posisi dilahirkan (ing lawang akbarullah), posisinya kepala menghadap ke lawang akbarullah, kaki membelakangi lawang akbarullah. Bayi segera
menuju bibir lawang, kaki kiri naik ke bibir lawang kanan, kaki kanan naik ke bibir lawang yang kiri, si bayi tinggal lahir saja.
Selain substansi nilai dari ajaran Ruwatan Murwakala Cirebon yang telah dipaparkan diatas. Deskripsi Naskah Ruwatan juga terkandung essensi yang dapat dijadikan dasar untuk referensi ilmu, sastra, linguistik, antropologi, sosiologi, sejarah, dan ilmu-ilmu lainnya.
IV.Kesimpulan
1. Ruwatan Murwakala Cirebon merupakan suatu ritual yang sampai saat ini masih eksis dan dianggap sakral.
2. Ruwatan Murwakala Cirebon mengandung ajaran-ajaran yang bermanfaat bagi pendidikan budaya bangsa.
3. Naskah Ruwatan Murwakala Cirebon, dengan berbagai versinya yang tersebar di sentra-sentra pedalangan di wilayah bekas Kerajaan Cirebon harus diselamatkan dan layak diangkat sebagai sebuah kajian filologi.
4. Kitab Babon Ruwatan Cirebon sebagai patokan pakem pedalangan di Jawa Barat harus segera dibukukan dan disebarluaskan untuk pedomanan pedalangan di Jawa Barat.
DAFTAR PUSTAKA
1. KITAB PUSTAKA RADJA PURWA
Ki Dalang Nasma dan Ki Dalang Nurasa
2. RUWATAN MURWAKALA (Kandha Pedalangan)
Ki Dalang Abi Hudaya
3. RUWATAN MURWAKALA (Kandha Pedalangan)
Ki Dalang Suwarta
4. RUWATAN MURWAKALA (Kandha Pedalangan)
Ki Dalang Kandeg Padmijawinata
5. RUWATAN MURWAKALA (naskah 1907)
Ki Dalang Marta.
6. TETEKON DALANG CIREBON
Salana
7. ASMARAGAMA (Sunan Penggung) (Kandha Pedalangan)
Ki Dalang Abi Hudaya
8. ASMARAGAMA (Naskah) (NN)
Drh. R. Bambang Irianto
9. SEDULUR PAPAT KALIMA PANCER
Raden Syarief Rochani Kusumawijaya
10. SEDEKEH WULAN (Naskah)
Raden Syarief Rochani Kusumawijaya
11. PETAREKATAN (Naskah)
Pangeran Muhammad Arifudin Bratawirdja, Keraton Kaprabonan
12. NYAI MURTASIYAH (Naskah)
Salana
13. INHERITANCE FOR THE FRIENDS OF GOD FOR THE SOUTHERN PUPETER (Disertasi)
DR. Matthew Isac Cohen
14. TERJEMAHAN AL QURAN DISINTALAD
15. TERJEMAHAN JUZ-AMMA, Departemen Agama, 1987
16. TAFSIR JALALAIN
- Imam Jalaludi-din Al Mahali
- Imam Jalaluddin Al Suyuthi
LAMPAHAN RUATAN
Kinarya jejer rumiyin ing kahyangan giriwaluya pernahipun ing gunung slamet. Betara guru lan pun garwa mentas perang undur unduran saking Bani Israil, ngadaton ing giri waluya gunung slamet gya sesuci raga lan garwa nulya ngrasuk buksana arsa cangkrama niti lembu Andini ngambara ing gegana wayah candhik ala meh magrib sainggiling samudra jawa, betara ningali ingkang garwa sanget endah ing warni, dupi kasarot ing cahyaneng sutnya awarna kuning kuning tua, katinggal sanget sulistiya ning warni, betara guru banget ing tresna, kuma keter keter tresnane betara guru mring garwa Diah huma, gya ngrerepa manuhara arsa cumbana mring garwa nglirih tresnan. Diah huma nglenggana kalih matur raka betara guru upami arsa cumbana suwawi wangsul ing pagulingan sampun sagena saenggon, sampun ing gigiring sapi, najan sifat kewan wong aten – atene lir manusa bisa ngomong kados janma. Betara guru banget kuma leter ketring tresna, aya ngroda paripaksa arsa mioseng kama dewi Huma nglinggani, kama kaliwat kacemplung ing segara jawa mulane segara banyune asin duwe kacemplungan kamaheng Betara Guru.
KONDUR SAKING CANGKRAMA
Barata guru lan garwa dewi huma kondur saking cangkrama prapteng ing kahyangan congkrah bendon binendon, cogreg utawi tukaran. Aturnya diah huma raka betara guru arsa cumbana ko sagena saenggon kados dede tingkahing pengagung lan ngroda paripeksa lir tingkahing werseksa kaya tingkahing denawa, sareng dewi huma ngandika makaten betara guru medal siungipun kekalih jejuluk sang hyang ratu wanda, nulya betara guru duka ingkang garwa diah huma sinerbrot rikmane wudar suku di srimpung dawah kejengking gelungane wudar riyab – riyab remane nangis njelih – njelih. Betara guru nabda semunyupatani pantes sira huma nangise njengking rambute riyab – riyab kaya dudu sulitiasing putri kaya rupaneng bencari kang ora patuh mring laki, sakala diah huma salin warni dados bencari asipat buta wadon, di paringin jenengan Hyang Durga di tundung saking kedewatan benjang dados nata ing nagri pasetran ganda mayit. Hyang Durga kesah.
KOCAPA BETARA GURU
Kocapa betara guru selaminipun nundung garwa banget kaduwung krana ningali pawestri sanese mboten wonten tiang wanodiya ingkang ayue kados dewi huma. Betara guru sareng ningali kaca bengala katinggal isi ning bawana ing tanah selong wonten salasang salunggaling keluwarga nami resi catur kaneka lan garwa nami diah laksmi kagungan putra tiga, ke I bangbang kaneka putra ke II bangbang pritanjala ke III istri endangtiksanawati. Waskitang betara guru sarana paningal kaca bengala diah laksmi ayue sami lan diah huma, Gya cinidra dening betara guru sarana aji tenung, dugi ing kahyangan diah laksmi ginarwa dening Betara Guru, krana diah laksmi ayue lan dedeg pangadege diah huma, buksane diah huma dienggekaken pas kados diah huma lan naminipun digentos diah huma malih, milah para dewa mboten mireng yen batara guru nundung, garwa. Batara Guru patutan lan diah Laksmi sampai mutrani tiga no = I Dewi Sri no = II Mahadewa no = III Windu Sejati no = sigeg.
KOCAPA RESI CATUR KANEKA
Resi catur kaneka salaminipun garwa ical saban saban tresna ing garwa mios kama winadahan cupu, cupu sampai kebek kama ingkang garwa titan datan wangsul, aya ngutus putra ingkang nami kaneka putra kinon ngupadosi ibune sarana binektaan cupu kebek kama lan wineteran aja balik yen durung katemu. Catur kaneka pamit kesah ngupadosi ibune midering rat jagat ingkang ibu titan datan kepanggih, ajeng wangsul malih kemutan mring wangkide tiang sepuh aja balik yen durung katemu ibu, pepunteneng nalar gya tapa ngambang ing saduwureng samudra jawi, lami lami mrabawa pannasing kedewetan, ginugah dening para dewa sarana qinunturan udan watu gunung, ingkang tapa mboten wungu lami lami betara guru tindak piyambak sarana moyoki mring sang tapa, jarwane maketen : Hai Sang Tapa, a nggepeng kaya tekek masa dadia wong kuasa ingsun pangeraneng jagat ya ingsun.
KANEKA PUTRA TAPA
Sareng sabdane batara guru ngangken paneraneng jagat isun. Kaneka putra jenggelek wungu sing inggiling toya segara nulya njoget nyleketer cecebolan lan peperodan maksude ngisin ngisin (ngerang ngerang) betara guru dupi lepat sabdane ngangken pangeraneng jagat. Wantune betara guru ratuneng jagat mboten kenging ing ngerang ngerang gya kaneka putra diangkat dados dewa kebayan naminipun digentos sanghyang narada, mila selaminipun panggling lan ibune Diah Laksmi krana gentos wangun lan nami. Hyang narada kabantun ing suralaya = kasigeg
KOCAPA KAMA SALAH
Kamanipun betara guru ingkang kaliwat saking babone kacemplung ig samudra ka gebyug gebyug ing ombak malah ageng lan mribawa panasing kedewetan, waskitaning betara guru uninga prabawa niku prabawaneng kama salah kang kumambang ning laut gya ngutus hyang narada lan para dewa kon nglebur kama kang kumambang ing jaladri, hyang narada mrintah para dewa ken nggunturi kama lan gegaman, gaman sampai teles ngge nglebur kama, mila ning kedewetan mboten wonten gaman krana telas ngge nglebur kama kang kumambang ing banawi, kama dilebur lebur mboten sengsaya lebur malah reka manusa enggal pamentase.
KAMA SALAH LAN BATARA GURU
Betara guru taken = Iki bocah sing endi?
Jawab kama salah = Kula sing segara
Takene betara guru = Sapa jenengmu?
Jawab kama salah = Kula mboten gadanami
Takene betara guru = Arep mendi?
Jawab kama salah = Ajeng ngilari sudarma wong tua kula
Takene betara guru = Sliramu asal sing apa wong tuamu sapa?
Jawab kama salah = Kula asal sing kama kumambang ing laut wong tua kula ya mboten uning ari paduka sinten?
Sabdane hyang guru = Ingsung batara guru ratuneng jagat
Ature kama salah = Adalah, kepanggih lan ratuneng jagat mesti weruh mring sudarma wong tua kula, paring pituduh ratuneng jagat wong tua kula ting pundi lan pegawai punapa. Sinten jenennge?
Sabdane hyang guru = Yen sliramu asal sing kedadiyane kama kang kumambang ing laut ya isun wong tuamu, lan mrene mareka, sareng kama salah nyaket si unge kalih disempal.
Ujare kama salah = Wah wong iki nglarani najan nglarani kula bungah kepanggih lan wong tua pareng jenengan bapa guru.
Sabdane = Yen sliramu njaluk jenengan sun jenengi bhatara kala. Batara iku melu ning isun nganggo titel Batara kala iku dume lahirmu wayah candhik ala surya meh surup.
Ujare kama salah = Matur kasuwun kula pinaringan jenengan bhatara kala? Paring panggange bapa guru
Sabdane hyang guru = Yen sliramu njaluk dandanan ngomonga bae ning biyang durga enggoe buksanaku yaiku mekuta bebuka jamang saeler gruda marep gruda mungkur tebah jaja tiga gelang gongsor tiga gelang kana sinabuk diwangga sutra sesotiya adimulya enggoen.
Jawab hyang kala = Amit bade kula nari
NYANDRANE KI DALANG
Bhatara kala, sareng rasuk buksana dasar tiang gagah perkasa mangkin buksana mundak sembawa dedeg pangadege betot tur abirawa, sareng dangu ngraos luwe gya matur.
Atur Hyang Kala = Bapa guru kula njaluk mangan?
Jawab Hyang Guru = Kala yen sliramu njaluk mangan candaken bae lobang kang metu saking wetan
NYANDRA DALANG
Jawab kala amit ajeng kula ilari = Nyandra = Bhatara kala wanci subuh ngetan purugipun wonten
cahya abang dicandak wicanten
Sabdane bhatara surya = Kala kala
jawab kala = Wah panganan lobang weru ning aku
jawab batara surya = Isun dudu panganan lobang isun batara surya kang njaga srengenge iki yen isun dipangan bakal langka awan langka bengi peteng selawase sliramu doyan lobang iku loh kang abang.
Jawab batara surya wah prangsane codotta, nulya kula nyaket malih ing batara guru
Ature batara kala = Bapa guru mbebodo
Jawab batara guru = Ana maning kala yang dadi panganmu wong wewayangan wong dedobyangan wong ngadeg ning jalan prapatan tanpa batur ora dekem ora main yaiku panganmu
Hyang kala pamit = Amit ajeng kula upadosi
NYANDRA DALANG
Betara kala wanci subuh ngadang ing dalan prapatan sampai magrib dalan punapa malih wonten tiang liwat dadane malah dicukuli sesuketan lan gegodongan,, panggarjitaning panggalih hyang kala uninga kang ngadeg ing jalan prapatan tanpa batur ora dehem ora wain yaiku bapa guru, Ah!!! Ora perduli bapa rehning nyerang laranganku bapa guru tek pangan. Saksana batara kala sowan mring arsane
Hyang Guru gya matur = Bapa guru rehning nyerang laranganku bapa guru tek pangan
Jawab batara guru =Kena kala mangan isun nanging kudu mbatang cangkrimanku
Jawab batara kala = Prepun abane
Jawab batara guru = Apa kala dakawoh diki, lan diki woh daka lan catur cuto
Ujare batara kala = Wah badekan je daka daka diki diki ya mboten ngretos enggal terangaken.
Jawab batara guru = Kang aran daka woh diki iku wit gede woh cilik ya iku weringin yen diki woh daka wit cilik wit gede walu utama bligo, yen catur cuto, catur iku papat cuto iku pelanangan,, ana beli kala wong pelanangan papat
Ujare batara kala = Wah ya mboten wonten
Jawab batara guru = Ana kala
Ujare batara kala = Idih wong endi pelanangane papat papat parat siji bae beli kaopan mundak yen papat.
Jawab batara guru = Yen wonge papat ya pelanangane papat
Ujare batara kala = Wah ya enggih mundak sedesa katah tamtos
Jawab sigeg = tak takon
NYANDRA KI DALANG
Batara kala, saking dangunipun ngraos luwe gya nangis ngiyung ature kala, bapa guru kulae kempong njaluk mangan
Jawabe batara guru=yen sliramu kapeksa njaluk sun parringi tetenger kang kang wajib dadi manganmu wong salah kang telung jurusan.
Ke I = Wong Salah Lahire
1. bocah lair = julung wangi
2. bocah lair = julung sungsang
3. bocah lair = julung sarab
4. bocah lair = julung pujut
5. bocah lair = margana
6. bocah lair = prameya
Ke II = Wong Salah Rupa
1. Ontang anting
2. Nunggak klapa
3. Gendana gendini
4. Ngembang sepasang
5. Uger uger lawang
6. Gondang kasih
7. Sendang kapita pancuran
8. Pancuran kapit sendang
9. serimpi
10. seramba
11. pendawa
12. pendawi
13. pipilan
14. milas lewa
15. bule
16. butun
17. dengkek
18. pudet
19. puret
20. wujil
21. cebol
Ke III Dene Kang Salah Laku
1. Wong mangan bari mlaku
2. Wong mangan bari turon
3. Wong mangan lan ngure rambut
4. Wong mangan bari nyogokaken damar
5. Wong mangan bari ilo ilo kaca
6. Wong mangan ning peteng petenge
7. Wong mbuwang sega kokoan
8. Wong kelan godong sabrang
9. Wong nyambel dibanyoni
10. Wong wedang banyu jangan
11. Wong mangan durung wesu wis ngemek jarit
12. Wong kekelud lan jarit
13. Wong ngambung anak lagi turu
14. Wong bengi bengi ngomong macan
15. Wong bengi bengi dedondom
16. Wong bengi bengi nglelanglela anak
17. Wong bengi bengi ngetoki kuku
18. Wong bengi bengi pepetan
19. Wong bengi bengi menggawe nglabur
20. Wong bengi bengi ngobong jarit
21. Wong bengi bengi nyenyapu
22. Wong nyapu awuhe diandeg
23. Wong nyapu awuhe dibuang ing longan
24. Wong ora lok nyapu
25. Wong nyapu awuhe diobong
26. Wong ngadegaken sapu sada
27. Wong ngalar ngalar kulit bawang
28. Wong ngobong kayu kelor
29. Wong ngobong balung eri
30. Wong iyan centong ilir sapu irus diobong
31. Wong ngileb lawang keliwat wayah
32. Wong menggawe sampe magrib
33. Wong ngundang mbok bapa diundang arane
34. Wong didis esuk esuk
35. Wong sangga uwang esuk esuk
36. Wong pepetan rerendengan
37. Wong mbuang tuma lan tinggi masi urip
38. Wong metes tinggi ora diambung
39. Wong nlusuri tuma ing sinjana
40. Wong ngusapi rai lan pojok klambi
41. Wong manek wis mudun manek maning tunggal sawit
42. Wong duwe mantu tilik pawon
43. Wong sesaji ora dedupa
44. Wong nugelaken gandik pipisan
45. Wong mipis durung mranti
46. Wong mipis ora ngadep ngulon
47. Wong gelem njukut ing ngarepe gandik
48. Wong ola ola durung mranti
49. Wong gawe sumur ing ngarepe lawang
50. Wong nandur lung lungan ning latar
51. Wong nandur gedang mas ning latar
52. Wong gawe umah empyake siji sejen dina
53. Wong gawe umah bangbangan
54. Wong gawe umah usuke bungbung wungwang
55. Wong gawe umah pekakase tilas kandang
56. Wong gawe umah pekakase tilas kreteg
57. Wong gawe umah pekakase tilas cunglup
58. Wong gawe umah pekakase tilas pesarean
59. Wong gawe umah pekakase tilas mesjid
60. Wong gawe umah pekakase tilas gedogan
61. Wong gawe umah pekakase tilas lumbung
62. Wong ngruwedaken lawe
63. Wong ngrubuhaken dangdangan
64. Wong nugelaken langit
65. Wong nyogok untu lan kuku
66. Wong nugel kuku dicopoti
67. Wong nyandung gulungan kayu
68. Wong nggelar kasur ora ning bale
69. Wong bale ora digelari samak
70. Wong lawang ora nganggo tutup kiyong
71. Wong pajangan tanpa samir
Dawuh Batara, Guru yen tek itung kabeh kala ana 150 werna luwih nanging ingsun wangkid mring sliramu denawa putraneng pengagung ora kena mangan bedagalan kudu dipatis lan golok, nyak iki golok arane bedama waja taksire patangreyal orang kurang sepeser.
Ature batara kala = paring rencang bapa guru?
Sabdane batara guru=yen sliramu njaluk batur ngomonga bae ning biyangmu durga ora ngitung bidak bidakane bekelane bae ana 144
Ature batara kala=amit bade kula ilari
Jawab batara guru=I ya
GAMELAN LEKAS LAGU GINJAL
Sesampune batara guru mangkat dikintil ing bajobarat
GANTI LAGU PANCANITI
Nyandra Dalang = kasigeg lampahe batara kala lan bajo barat,, kocapa ing kampung mendang agung ya kampung mendang suka urip, wonten salasaweneh Nyi Tani lan Ki Tani kagungan nami Wulandarma kalebu bocah panas, mangka wong jejodon yen duwe anak lanang mbuh wadon kalebu bocah panas, manut grembyenge umum kudu nanggap wayang ruatan, mangka Ki Tani lan
Nyi Tani punapa malih kangge nanggap wayang ruatan kangge mangan mawon saben dinane tansah kecingkrangan mila congkrah sesomaane,, enggal sapocapan = (gamelan naik/liren)
OBROLAN KI TANI LAN NYI TANI
Ature Nyi Tani = Bapane bocah aja meneng bae si bapane, ana anak kula si kacung Wulandarma iku kalebu bocah panas, mangka manut grembyengeng umum kudu di ichtiari sarana nanggap wayang ruatan. Ya wayahe bae kula wong beli duwe kudu rembugan lan keluwarga mbuh utang mbuh nyelang karo bebaturan supaya katone lumrah lan umum, aja meneng bae saban dina njentul mbleger njenguk dipikiri karo nglamun sok ngrongokaken beli wang salane pesinden, najan tembang yen dipikiri pitutur uga wangsalane mengkenen,, jangan suka makan ketimun, ketimun banyak getahnya,, jangan suka duduk melamun orang melamun banyak godanya, dadi aja sok nglamun mbokat kenang goda = dadi bocah ki arep dislameti beli dijak ngomong goplak goplek bli disauri mbari nangise aja kawitane bengen bocah sing awit nyidam sewulan rong wulan sampe pitung wulan dislameti ari bocah wis katon matane wis katon lewane arep dipuraken abe, ngiseni laki oli ngrebut ndake tangga, asale sampean ku purik karo rabine saban saban puriku andoh turue ku ning emper kula barang bengi udan gede isun ku melas ning sampean ke semprot ning udan tek anjingaken, toli ngobrol arep megat rabine ku gableg duwit toli nglirihi isun nggo megat rabine, isun adol weduse sembok papat nggo megat rabine toli nggo ngawin isun ku dadi sampean si ora metu apa apa, sepeser gan beli dadi yen wis beli seneng ning isun becae didol toli nggo megat isun menawa masi payu ningg lian.
Ki Tani napsu gya
Wicanten = Sira ari nocot aja pada metu bae srog nocota maning tek jejeli kucing cilik, keblesakane ning laki diwer weraken, yen keblesekakeneng laki dikandak kandakaken pada karo nyilak bokonge dewek artine mewirang badane dewek, tangga batur benere bli weruh saiki keblesakanmu dikawruhi ing wong akeh.
OMONGE KI TANI NING RABINE
Isun meneng iki dudu menengeng watu kayu menengeng uwong jawane lagi langlang langlang lingling lingling langlang langlang iku sing tembung mlaku mlaku lingling lingling iku sing tembung deleng deleng endi bebaturan kang bisa tulung tinulung lan sedulur kena diutangi, toli bli gampang tata carane wong nanggap wayang ruatan, tata carane wong nanggap wayang ruatan ora kena cingcing cingcing teles tegese ora gabug eman, sebab kang arane slametan iku dudu karepe tangga batur karep isun sakeluwarga, toli kudu weruh ing cirine wong dadi dalang ruatan miturut kandane Sunan Kalijaga utawi pinangeran panggung kang wajib ngruat iku kudu turun dalang kang kagungan elmuneng pinangeran panggung, sebab kang aran lakon donga donga lan wisikan wisikan kena ditiru nanging elmu durung tamtu ditularaken, apa maning ning wong lian, najan
anak dewek durung tamtu kuat nrima elmu. Kang disebut turun dalang iku turun lanang sing wiwit pinangeran panggung sampe dugi ing piyambeke niku turun panggung, najan turun dalang dereng tamtu kagungan elmuneng pinangeran panggung krana mboten kenging ka wejangaken ing kedingan tiang barang saniki pirang pirang wernaneng dalang.
IKI WERNANING DALANG
1. Dalang dalangan
2. Dalang Rame
3. Dalang Kanda Bumi
4. Dalang Kanda Buana
5. Dalang Kalung Janget
6. Dalang Mendalungan
7. Dalang Medyana
8. Dalang Sejati
9. Dalang Pawarta
10. Dalang Karungrungan
Tegese
Tegese
Tegese
Tegese
Tegese
Tegese
Tegese
Tegese
Tegese
Tegese
= dalang padu aja bobor asal ana kang mayang
= asal akeh penggemare
= dalang pertanian ngadakaken cakul wulu pametu bumi
= dalang males kaken ngobrol
= dalang kang ora kena nggo seduluran yen upahe kurang nungtut njaluk jejeg
= asal laris ditanggap akeh rabine ora ngurus panjak
= akeh sedulure mung upahe sering dipangan ning liyan wong
= dalang sekarepe dewek
= dalang kang sering tetawa
= dalang kang duwe elmuneng pinangeran panggung kang wenang ngruat
Jawa Ki Tani = Krana isun arep nylameti bocah kudu weruh ing cirine dalang
Nyi Tani = Njaluk pangapura bae bapane maklum kula lambe wadon anggepen lambe kaleng gombrang gambreng tan puguh mbokan kula salah ya njaluk pangapurane bae
Jawab Ki Tani = Ya padu aja maning maning bae
NULYA CELUK CELUK BAJO BARAT
Bajo Barat = Takala batur nanggap wayang ruatan ta durung yen durung tubrukan
Ature bocah panas = Ibu bapa abane apa?
Nyi Tani = Abane bajo barat Batara Kala cung wulandarma arep nangkap sliramu
Bocah panas = Ibu njaluk tulung
Nyi Tani = Ora bisa cung toli si wong gegendong abot kena disuda suda kena diparo paro bab iku ora bisa mung ibu iklas banyu susue ibu dicecep waktu sira cilik sampe gede
Bocah panas = Bapa kula njaluk tulung?(sarwi nada sedih)
Jawab Ki Tani = Ora bisa cung, bapa ora bisa ngilangaken dosaneng anak dosa isun bae durung tamtu oli pangapura ing Tuhan mung bapa wangkid mbokan
sliramu mlayu ning desa apa bae yen ana wong nanggap wayang ruatan ngomonga bae ning wong hajat lan ki dalang yen kula anake wong beli duwe kalebu bocah panas
Ature bocah panas = Inggih sumangga
Bajo barat = Takala batur nanggap wayang ruatan apa durung yen durung tubrukan.
GAMELAN LEKAS
Lare panas mlayu diudag ing bajo barat, ditubruk bocah panas mrucut batara kala
teka takon = sira sapa ?
jawab bajo barat = Cicilimin yai
Takone kala = Endi buron min?
jawaba bajo barat = mrucut yai
Ujare Kala = wong sira endep cilik melu nyekel buron, ya mrucut aja peluan ya becik sediaha bumbu gecok bumbu lebaran bae yen buron kita kena pada kita olahi
Jawab bajo barat = Inggih mangga
NYANDRA DALANG
Batara kala teras ngudag lare panas wau kocapa lare panas ing margi ana wong ngepe lawe ora diurusi ning kang duwe kinarya nggo umpetane lare panas api api mberese ruwedeng lawe mancedaken cagak watang,, waskitaneng betara kala ningali lare mberesi lawe lan mancedaken cagak watang,, panggarjitaning panggalih ila iku gampang nediya nyawuk lare,, lare mlempat watang mroboni betara kala !!!
GAMELAN LEKAS
Kang ngepe lawe nyaket ing Batara Kala aya mojar
Batara Kala = Sira sapa?
Jawabe = Kang ngepe lawe
ujare Batara Kala = Kula endol,,
= Sira wong ngepe lawe ruwed kenang angin ora diurusi aku ke kemplang ing watang kudu nanggap wayang ruatan yen ora bisa ana maning sranane, sarate mudhaha bae karo soma terus mider mider pitung karang ditonton ning bocah lembut sambat sambat wong edan sah beli nanggap wayang ruatan maning bli apa apa.
Jawab wong ngepe lawe inggih sumangga
NYANDRA DALANG
Batara Kala teras ngudag lare panas. Ing margi wonten tiang adang ditlar saba tangga kinarya kangge umpetane bocah panas api api mancedaken dangdangan lan nyogokaken geni, waskitaning
batara kala dasar puta hyang guru waspada paningale uning lare lare panas api api nyogokaken geni mancedaken dangdangan, ngrindik ngrindik nedia nubruk lare, lare mlempat dangdangan ngroboni Batara Kala.
GAMELAN LEKAS
Wong adang nyaket = ujare Batara Kala sira wong adang ditinggal saba tangga kumah kudu nanggap wayang ruatan, yen ora bisa ana maning sarate, sranane tok nang rejekie 10 perak kang sedina getie secangkir kang sedina lan kebo sapi bebek entog lan raja branane tumpesen, kang adang langa mbari ngglendeng mlarat yai. Betara kala teras ngudag lare panas. Bocah panas teras pamlajare, sareng dugi ing catur denda wanagiri, catur iku tembung papat denda dalan wana alas giri gunung, dugi ing dalan prapatan tengah wana pereng gunung papag lan dewa tetelu.
GAMELAN LEKAS LAGU DEWA TETELU
Nyandra dalang = kasigegaken lampahe Batara Kala kang ngudag lare panas kocapa ing Kahyangan Cakra kembang ya kahyangan nguntara layu kahyanganipun Sanghyang Wisnu enjing enjing manggih tamu Dewa Kebayan kinencangah para dewa jawata sanghyang. Kinor matan dening Hyang Wisnu gya kasenggrama
GAMELAN NAIK SAMPE LIREN SULUK
Hyang wisnu nyenggrama = Rama Dewa Kebayan katuran sarawuhipun
Jawab Hyang Narada = Kasuwun
Ature Wisnu = Raka Hyang Brahma katuran
Jawab Brahma = Kasuwun adi
Ature Wisnu = Dereng kula senggrama gupuh kula priyos rama Dewa Kebayan mila sowan ing kahyangan nguntara layu kadi wonten sukarya ingkang panggalih.
Jawab Hyang Narada = Ana Wisnu mula aku teka mrene siji kangen ning wisnu kula warga kamping pindo dinuta dening wanga tuamu ya adi guru. Krana adi guru maringi ciri kang dadi pangganeng batara kala kaken yaiku wong salah rupa 3 wong salah laku. Embuh ari wong salah lair lan salah rupa, kang dadi kuwatir wong salah laku yen wong salah laku dadi pangganeng Batara Kala ya kiyamat jagat. Mangka adi guru arep diracut maning mula mbokan diucapaken wis idu didilat maning mula adi guru ngatur kon teka ing umahe Wisnu. Wisnu diatur kon dadi dalang wayang ruatan kang maksude pangane batara kala aja kaken
Ujare Wisnu = Matur sumangga
Ature Brahma = Adi yen kakang kang dadi wayang ruatan priyen
Ujare Wisnu = Raka kedah uning ajal kelahirane batara kala raka uning mboten
Jawab Batara Brahma = Aja kakang bli weru ajal kelahirane Batara Kala
Ature Hyang Wisnu = Ya sampun Raka lan para dewa dados nayaga mawon kula ingkang dados sabecike.
Jawab Batara Brahma = Mengkonon yah sabecike
Ature Hyang Wisnu = Suwawi ganti rupi supados sampun keciri dening Batara Kala yen kula bangsa neng dewa.
SULUK SUMARGATI = DATA GANTI NING WIYASA
Hyang Wisnuganti Rupi = Kula nami dalang prawa karungrungan
Brahma ganti rupi istri = Nami panggender sruni
Narada ganti Semar = Nami panjak bubak mangkak
Sampun pepek anggotane kaki dalang kantun ringgil sagamelane
SULUK TAKYANING
Sampun pepek anggota lan ringgit sagamelan wayange kang didamel upi mulane ning tanah Jawa Tenga upi orakena diobong sebab tilas wayange dalang karungrungan. Ingkang nami upi klotokane jambe, gamelan ingkang diengge gamelane Batara Indra kang nami gamelan Sulendra = Slendro = kang nami Slendro prawa ya beli pelog ya ora. Sesampune pepek pekakas lan anggotane ki dalang aya babar wade ing pasar diyeng mande jajar suwawona wanci dalu nggalik-galik suwarane.
GAMELAN LEKAS LAGU GALIK-GALIK
Nyandra ki dalang = dalang prawa karugrungan yen nembang punapa ingkang katingal den tembangaken ketingale godong gedang ditembangaken ketingale godong tebu ya ditembangaken punapa ingkang kasaru wonten tiang sami atur-atur sesajen
GAMELAN LIREN
Tiang sadean atur-atur sesajen : kula mentas sade pari sebawon dugan sekawan tebu kalih wit carang ampel gading kalih pang godong weringin godong andong kalih pang godong raja kalih tundun gula jawa rong brungkus dipasang ingkiwa tengeneng kelir, kula mentas sade tumpeng bogana iwak dadar tumpeng manyura kang ning jeroe ana panggang ayame tumpeng tunggul manik kang ning petite ana endog matenge dereng tutug atur atur saksana geger maling-maling.
GAMELAN LEKAS
Kang dadi maling Togog nggembul lan rombongan, kang duwe ngawa tumbak takon ning ki dalang = mang dalang wayange mandega dingin kula ajeng taken, kula siweg nonton paman dalang wayang lakoni rame nayagane kompak sindene bapuk, sareng wanci dalu kula kemutan ing griya arebe kebo bule tekle kang saben dalu di klinteni mawon teng pandung sareng kula wangsul estu maling wetara jam kalih, sampun wonten njegle mawon ning palang kandang sareng kula dugi maling wicanten, omonge maling Ehh… Ki duwe numbak pakanira maling boboken wit rangdu yen rangdu wis bolong tumbakmu slogrongaken malin isun masa mlayua, kulaku mang dalang kuma kaya-kaya kepengen numbak pakan kula maling dalu-dalu mendeta tata lan paku dalu-dalu
gaplak-gaplok mbobok witeng rangdu sareng rangdu wis bolong tumbak kula slogrongaken maling mlajar playune maling mlebet ing panggungen ki dalang. Jawab ki dalang ajeng damel undang, ujare kang ngudag maling, damel ngudag pripun, ujare ki dalang sapa sapa kang ngeceg tabu niku batur kula. Jare kang ngudag maling, idik pating sradat ngeceg tabu kabeh watir disangka maling kang beli kedumen tabu enda enda naleni pitik watir disangka maling, kaya-kaya samar ning raine clangab clangabe wong nabu gong keciri njagonge kabe kabe madep bocah kuwen mungkur dewek dewek. Jawab ki dalang = sampean kala kojah tumbakmu tek rampas tek caosaken ing pengadilan, salah batur kula tek pasrakaken ing pengadilan kosok balane yen sampean nuduh wong tanpa bukti, uga kudu diadili. Kang ngudag maling nyingkir mbari nglendeng maling playune itung itung numbak maling kena beli tumbak arep dirampas lan dicaosaken ing bidang hukum.
KASARU BOCAH PANAS SOWAN
Ature bocah panas = Bapa kula dalang njaluk tulung
Jawab ki dalang = Kacung sira bocah sing endi sapa jenengmu lan apa sebabe njaluk tulung?
Ature bocah panas = Kula sing kampung mendang agung ya mendang suka urip Wulan Darma nami kula kalebu bocah panas diubek ubek batara kala krana embok bapa kula wong bli duwe bli bisa nanggap wayang ruatan, njaluk tulung bapa dalang
Jawab ki Dalang = Cung? Isun wong lumrah ora bisa ngilangaken dosane wong lian dosa isun dewek durung tamtu olih pangapura saking Tuhan, mung kanga ran ikhtiar iku wajib wewenange Tuhan kang nemtokaken ngauba bae ning panggung wayang menawa slamet.
Ature bocah panas = Inggih sumangga
KOCAPA BATARA KALA
Kocapa Batara Kala ngudag lare panas wau, wenten kembang abang dipetik diengge sumping nulya ngandika bocah bocah aja wani nganggo kembangku kembang iki tek jenengi kembang bunga ribang, sing sapa-sapa kumawani nganggo kembangku bungaribang tek supatani kang lanang ada payu rabi yen durung jakatua kang wadon aja payu laki yen durung prawan sunti. Jawab Bajo Barat = Inggih yai. Mo jare Batara Kala mendi buron? Jawab Bajo Barat = mriku dateng tiang rubung rubung, Batara Kala nyaket ing tarub gya mlebet ningali tumpeng katah sapulukan, panggang ayam sakremusan dasar dede pangane pedaharan, medal saking tarub lendean ning wit tirisan, wit tirisan iku wit klapa mulane wit klapa arang kang lempeng akeh kang doyong utawa bengkok sebab dilenedehi ning batara kala, siweg ledean ning wit tirisan ketiban bluluk plentang dijukut mbari mrangkang ditambani uyah sawuku areng sa sujen dipama dikenyol kenyol dileg waras gya mojak bocah bacah sing sapa duwe lara kaya aku tambanana uyah sawuku areng sasujen lan nyambata aku kaya kaya waras. Jawab Bajo Barat = Inggih Sumangga. ujare Batara Kala = Mendi buron, Jawab Bajo Barat = mriku dating tiang rubung rubung ujare batara kala = wong apa wis arep subuh rabang rubung bae. gya nyaket
DEBATE BATARA KALA LAN KI DALANG
PITAKONAN BATARA KALA
Batara Kala ngeyog panggung
3 kali
Jawab Kala = aku!
Jawab Kala wong rubungan weruh ning aku, wong apa iki?
Takone kala = oh… wayang kongang age lekas aku arep nonton
Kudu dibayar
Ujare Batara Kala = bli cocog karo sejarah, ning zaman sejarah Sunan Kalijaga ngembangaken agama Islam sarana dakwahe ya iku nganggo alat wayang lan gamelan wong nanggap wayang ruatan ora susah bayar karo duwit asal wong duwe gawe gelem mlebu agama Islam lan anak ruat berikut penonton nyebut sahadat sah upae wayang ruatan.
Iya ya diwajibaken dening agama luru napakah.
Jawab Batara Kala = Iya wis tek bayar satak sawe nanging njaluk, lakone jaya renyuan sampe teka ing jaya tigasan patine bang-bang segara
Jawab Batara Kala = Lo !!! Meneng
Sedelat temen.
Jayadratae wis mati
Larang jahat.
Jawab Batara Kala = Waduh? Reang nontone masi kiyeng duwite entek. Sepedae dalang ngomong rezekik cilik ora kena ditampik umpama tek bayar karo golok priyen
Nya iku golok arane bedama waja gaweane dewa golok jimat
JAWABAN KI DALANG
Ki dalang takon
3kali = sapa ngeyog panggung?
Ki dalang = kaya suwarane batara kala
Ki dalang = duduk rubungan nganggur wong wayang
Jawab dalang = ora perlu ana gawe tanpa upaya
Ya kudu ana bayarane
Jawab Ki Dalang = Zaman bengen karo zaman saiki beda zaman bengen ning pulo jawa agama islam durung payu mulane wali sunan kalijaga memperjuangkan kemenangan agama islam yang ora njaluk bayaran krana perjuangan, toli kang dadi dalang wali, pada umume ning alam perjuangan ora mungut kasilan padu gelem mlebu ning agama islam bae gan untung-untungan. Beda karo zaman saiki ning zaman saiki ning pulo jawa agama islam wis payu seratus persen, malah punjul, kang dadi dalang dudu wali wong biasa yang wong lumrah disamping memperjuangkan agama islam diwajibaken dening agama luruh napekah nggo makani keluwarga, mula njaluk bayaran
Ki dalang suluk = bimanyu mangku sara tinigasan jayadrata (mungsasele)
Jawab Ki Dalang =Wis wisan
Wong sira upahe setitik
Jawab Ki Dalang = Ya uwis
Cramahe ng dalang mejana murah lan larang rezeki cilik ora kena ditampik iku wangkide
Regane golok patang reyal ora kurang sepeser, tapi duwe jalukan, tabuane ditabu dalange didalang panjake dipanjak lakone jaya tandingan Arjuna perang tandingan lan karna sampe tek ing ing jaya perbangsa patine Raden. Purabaya atawa Gatut Kaca, panjake seng gak mbata rubu, wari layut,……….
Batara Kala mirengaken sulukeng dalang ketumpu bari nyandak bocah panas, ana mojar wah dalang katumpu.
GAMELAN LEKAS SAMPE MANDEG
Batara Kala mojar = bocah bocah endi bumbu gecko bumbu lebaran buron kita kena pada kita olahi = Hyang Durga ngomong kala kala,=enun Hyang Durga buronmu kena,, jawab Kala = enggih. Dawuh Durga = arep sliramu apakaken. Jawab Kala = ajeng kula pangan, dawuh durga,, apa sira klalen wangkide wangatuamu najan sliramu denawa putrane panganpung ora kena mangan bedagalan kudu dipatis lan golok bedama waja endi golok bedama waja? Jare Kala = Wah Klalen, nggo upah wayang, dawuh Durga = setiwas bangkitmu. Kala mojar = gujeg nang buron bocah aku arep njaluk golok ning dalang = dalang endi golok bedama waja? mrene tek jaluk maning,, ya bagen,, wah ya blenakan, iya ya Kala mundur ditakoni ning Durga kalo priyen, jawab kala dibasakaken idu wis tiba di dilat maning, ujare durga ya bagen. Jawab kala, wah ya blenakan,, jare durga ya wis ari bloli dijaluk disambut bae enggo matis bocah,, Jawab Kala = wah bener iku,, aya
Raden Said = rezeki cilik aja ditampik rusia aja dibuka rabi ayu aja gancang sinarean.
Jawab Ki Dalang = Asal ana taksire
Sawise lagu mbata rubu ki dalang suluk
Ke I Arjuna tinandingan Suryatmaja
Ke II Suryatmaja anglepasi senjata kunta
Ke III Kunta tinanjab ing Purabaya laya
Ya ana,, ora pantes wis idu didilat maning, ya srog idua toli dilaten,, ari ngreti ning blenak wis nggo upah wayang aja dijaluk
nyaket ing dalang sarwi mojar, dalang yen golok bloli dijaluk disambut bae enggo matis bocah,, wah dalange curiga golok watir diplayokaken,, Jare Hyang Durga = ya wis yen golok watir diplayokaken, dalang ken nyembeleaken bocah, bocah kang ngujegi sliramu, golok kang ngujegi dalang dadi golok bli watir bli watir diplayokaken, Jawab Kala = Wah bener iku, aya nyaket ing dalang mbari nyodoraken bocah panas,, dalang yen golok watir diplayokaken sembele nang bocah bae, haiii..padu bared bae padusan, dipangan.. Kadiran duwe golok,, wah ya aja golok iku jimatku. Kala matur maning ning biyange, Ujare Durga = priyen Kala, Jawab Kala = dalange rewel kon nyembele bocah umure manusa gawe dosa, padu bared bae jawabe kulite manusa ngrempelaken gegaman. Jare
Durga = dadi priyen, Jawab Kala = Ya, wikan isune rada puyeng ngomong karo dalang dobil, Jare Durga = Ya, wis mengkenen bae bocah diurupaken golok bae supaya sliramu bisa mangan. Jawab Kala = Wah, iku bener maning, gya nyaket ing dalang, Kala mojar = Dalang golok bedama waja urupan bae karo bocah priyen = Jawab Kala = Ndu jejaluke dawa temen, bocae delap urip panjang umure sugih rezeki ya wis ceg bocahe tek dongakaken delap urip panjang umur tur waras, won dene sugih rezeki gumantung bocahe yen bocahe sering usaha lan luru ikhtiar tek dongakaken sugih rezeki yen bocae males ya embuh sebab yen bocahe males dongakaken ning sapa bae kaya kaya ya embuh dongaku mandi bli,, mreneh golok
Mau njaluk saiki nyambut isun curiga golok water diplayokaken
Umure manusa gawe dosa, kulite manusa ngrempelaken gegaman,, kapiassem golok isun dewek tek perang-perangaken ning waktu apa arane
Ya ora apa-apa soal bocahe delap urip panjang
bedama waja,, wah dalang nakal bocah panas wis dinakaken golok bloli dalang ngejak garelut dalang ngejak srekalan. Wah ya entong kabeh, mrene golok bedama waja,
Golok dadi rencana, dadi halangan bae.
1. Dalang wani mbegal panganku kaya-kaya tua aku = tua aku, sepedahe ngaku tua weruh ning ajal kelahiran isun
Dalang sobud ngaku weruh ing laire dewek. Sepedahe ngaku weruh ning laire dewek,, waktu rama lan ibumu nembe deleng dineleng seliramu ning endi sapa namamu?
2. Waktu ramamu nakonaken nembe nggawa lan suru mring ibumu seliramu ning endi sapa namamu?
3. Waktu tes kawin nembe mangan bareng adep-adep sekul seliramu ning endi sapa namamu?
4. Waktu lanang ing jaba wadon ing jero klambu seliramu ning endi sapa namamu?
5. Nembe cumbana ning endi seliramu, sapa namau?
6. Meneng ing batuk sapa namamu?
7. Meneng ing endas sapa namamu?
8. Meneng ing jitok sapa namamu?
9. Meneng ing embun-embunan sapa namamu?
10. Meneng ing pipi tengen sapa namamu?
11. Meneng ing pipi kiwa sapa namamu?
12. Meneng ing kuping tengen sapa namamu?
13. Meneng ing kuping kiwa sapa
umur sugih rezeki
Aja,,
Ora kala isun ora ngejak gulet apa maning urusan utawa srekalan mung isun arep jejaluk, wong wewayangan wong debobyangan, wong sala laku kaya dene wong mangan ajang dipangga wong bengi bengi ngomong macan wong menggawe keliwat waktu wong bengi bengi nglela lela anak, ora kala kang kesebut bae dene kang ora kasebut ya pasrah mring seliramu.
Ya ceg yong darbekmu.
Tua isun = tua isun
1. Aja maning ning ajal kelahiranmu ning ajal kelahiran isun dewek ya weruh.
2. Ing jambe lan suru, sedah panglamar jeneng isun.
3. Wis ana sega lan iwak dremba muhabogapasihan nama ingsun.
4. Ing klambu kelir maya jenengku
5. Ing enggon pasucian tirta marta mahadi
namamu?
14. Meneng ing pilingan tengen sapa namamu?
15. Meneng ing pilingan kiwa sapa namamu?
16. Meneng ing mata sapa namamu?
17. Meneng ing cungur sapa namamu?
18. Meneng ing cangkem sapa namamu?
19. Meneng ing janggut sapa namamu?
20. Meneng ing gulu sapa namamu?
21. Meneng ing pundak tengen sapa namamu?
22. Meneng ing pundak kiwa sapa namamu?
23. Temurun ing dada sapa namamu?
24. Temurun ing susu tengen sapa namamu?
25. Temurun ing susu kiwa sapa namamu?
26. Temurun ing ula-ula sapa namamu?
27. Temurun ing puser sapa namamu?
28. Temurun ing pucukeng kolam sapa namamu?
29. Temurun ing bongkoteng kolam sapa namamu?
30. Tiba ing wadah sapa namamu?
1 = Yen wadi tegese apa?
2 = Yen madi tegese apa?
3 = Yen mani tegese apa?
4 = Yen maningkem tegese apa?
Candra Wong Mbobot
1. Yen mbobot angsal sesasi sapa namamu?
2. Yen mbobot angsal rong sasi sapa namamu?
3. Yen mbobot angsal 3 sasi sapa
jeneng ingsun
6. Akasa rasa jeneng ingsun
7. Pangeksi rasa jeneng ingsun
8. Sugriwa rasa jeneng ingsun
9. Anggana rasa jeneng ingsun
10. Sari maya rasa jeneng ingsun
11. Sari ratih jeneng ingsun
12. Sari priya rasa jeneng ingsun
13. Sari wanita rasa jeneng ingsun
14. Madu rasa rasa jeneng ingsun
15. Sarwa rasa jeneng ingsun
16. Nurcahya rasa jeneng ingsun
17. Ganda rasa jeneng ingsun
18. Sukma rasa jeneng ingsun
19. Wanda rasa jeneng ingsun
20. Marga rasa jeneng ingsun
21. Jaya rasa jeneng ingsun
22. Sentosa rasa jeneng ingsun
23. Maha rasa jeneng ingsun
24. Dana rasa jeneng ingsun
namamu?
4. Yen mbobot angsal 4 sasi sapa namamu?
5. Yen mbobot angsal 5 sasi sapa namamu?
6. Yen mbobot angsal 6 sasi sapa namamu?
7. Yen mbobot angsal 7 sasi sapa namamu?
8. Yen mbobot angsal 8 sasi sapa namamu?
9. Yen mbobot angsal 9 sasi sapa namamu?
10. Yen mbobot angsal 10 sasi sapa namamu?
Wong nglahiraken ana kang gelis lan ana kang suwe sebab apa?
Kang gelis mati mburu-buru apa?
Kang suwe mati ngenteni apa?
Boca nangis ana pirang perkara?
Wong dadine akeh sing mlarat arang sing sugih sebab apa?
Ceprot sing biyang dicandak ing dukun seliramu ning endi sapa namamu?
1 = Di tugel pusere sapa namamu?
2 = Di adusi sapa namamu?
3 = Di kuniri sapa namamu?
4 = Di bedong sapa namamu?
5 = Di lengani sapa namamu?
6 = Bangkit mesem sapa namamu?
25. Tirta rasa jeneng ingsun
26. Prabawa rasa jeneng ingsun
27. Purba rasa jeneng ingsun
28. Candra rasa jeneng ingsun
29. Wijimaya rasa jeneng ingsun
30. Wadi madi mani meningkem
1 = ireng-irenge mata
2 = putih-putihe mata
3 = rasaneng mata
4 = uden-udene mata
1. Eka Padma Sari martabate alam zat
2. Dwi Candra martabate alam abjesan
3. Tri Waladnyana martabate alam akadiyat
4. Catur warna martabate alam wakidiyat
5. Panca Surapaga martabate alam arwah
6. Sad guna weweka martabate alam jan
7. Sapta kukila martabate alam insane kamil
8. Hasta kunjana yen oli pitu sampurna
9. Nawa taksaka lahir
10. Dasa tirta kunarpa
Sebab jabang lagi janji dawa cendekeng umur
Kang gelis mati mburu-buru janji
7 = Bangkit lumiling sapa namamu?
8 = Bangkit miring sapa namamu
9 = Bangkit ndakom sapa namamu
10 = Bangkit mlumah sapa namamu
11 = Bangkit njagong sapa namamu
12 = Bangkit ngadeg sapa namamu
13 = Bangkit lumayu sapa namamu
14 = Bangkit jejaluk sapa namamu
15 = Mengko tua sapa namamu
Loh !!! … dalang ngaku murbawisesa ing jagat
Jare bisa ngajal aku ageh ajalen ari ora bisa ngomonga bae, baka bisa ya age ajalen :
Iya ageh
Btr Kala njempling : Andung biyang !!!!
Btr Kala kedublag sarwi mojar
Kang suwe mati ngenteni janji apa janjne dingin
Ana rona perkara ke I = barang weruh ing dunya rame, getun mau-mau njaluk janji kang panjang umur. Rong perkara sandang pangane direbut ning iblis mulane nangis.
Sebabe kang mlarat ora bisa ngrebut sandang pangan ning iblis, kang bisa ngrebut sandang pangan ning iblis ya sugih.
Kalah jiji jeneng ingsun
1 = Naga Wisesa jeneng ingsun
2 = Naga Gombang
3 = Sukma Jati Sari Kuning
4 = Sena Wilatung
5 = Naga Lengin
6 = Sukma Ji Isen
7 = Sukma Malesa Jati
8 = Sangkali Miring
9 = Tungkeb Buana
10 = Sanggah Buana
11 = Placek Wesi
12 = Rajeg Wesi
13 = Kala Enjer-enjer
14 = Cantuka Warsa
15 = Ora ana dalang Purbawisesa yang mung ingsun
Ora kala, isun ora ngaku murbawisesa ing jagat. Ngaku murbawisesa iku ning wayang tabuan isun dewek, wayang tek pateni diandel ning wong nonton mati wayang tek uripaken diandel urip
Dening wong nonton, dadi kanga ran murba wisesa iku sing tembung nguwasani bumi langit, yen kang nguwasani bumi lan langit ya Tuhan (Pangeran) kang aran pangeran lan pinangeran ya beda kang jeneng Pangeran iku Allah = Tuhan = yen pinangeran iku manusa naweni titel murah asih ing sapa bae iku titel pinangeran, yen isun kasebut pinangeran panggung kang wenang ngeruwat.
Aja melas mbok lebur dadi banyu bisa, mbok disangka ora bisa, ya rungok nang waktu ramamu Batara Guru mentas perang undur unduran Bani Israil ngingid sawetara ing gunung selamet bawahan Tegal Jawa Tengah, Btr Guru sesuci raga lan garwa dewi huma arsa cengkraman niti lembu Andini sang inggiling Samudera Jawa wayah Candhikala Surya meh surup (barang rep) Batara Guru ningali ingkang garwa kasorot ing cahyane surya meh surup awerna kuning-kuning tua, dewi huma katingal endah ing warni, Batara Guru kagugah tresna ning garwa aya ngrerepa manuhara arsa cumbana, aturnya Dewi Huma raka Batara Guru kula nglenggana suwawi wangsul ing panggulingan sampun ing gigiring sapi, Batara Guru tan tahan ing tresna aya ngroda paripaksa arsa miosing kama Dewi Huma nglinggani kama kaliwat nyemplung ning segara kincleng kincleng namamu sakentek melek
GAMELAN LEKAS TOLI LEREN
Dalang aku bli wani turun pitu
Aku bli wani ning turun dalang
Badanku kaya bengkak-bengkakha njaluk waras kaya mau
Tutug nang dalang aku lagi enak
Kala yen wis seliramu bli wani tektutugaken dongengane kama dilebur lebur ora sangsaya lebur malah reka manusa ogar agir enggal pamentase
IKI KIDUNG KALA RUBU GAMELAN LEKAS LAGU KIDUNG
IKI KIDUNG MULYA JASMANI
Bismillah =…….Hong prayoga sanghyang akasa ikieri mariya kena kaget prajawata prabawane lesus agung aleweran,
Binalang lan mega mendung atema ing endasmu
Binalang lan sela cendana atemaha ing batukmu
Binalang lan sela surya kembar atemaha ing netramu
Binalang lan sela gua kembar atemaha ing irungmu
Binalang lan sela cakra kembar atemaha ing kupingmu
Binalang lan sela selama tankep atemaha ing cangkemmu
Binalang lan sela kala cakra atemaha ing raimu
Binalang lan sela wesi purasani atemaha ing untumu
Binalang lan sela waja ligan atemaha ing ilatmu
Binalang lan sela waja singkal atemaha ing uwangmu
Binalang lan sela angin topan atemaha ing napasmu
Binalang lan sela nila cendani atemaha ing gulumu
Binalang lan sela lemanraju atemaha ing baumu
Binalang lan sela senggot watang atemaha ing tanganmu
Binalang lan sela gunung kembar atemaha ing susumu
Binalang lan sela gunung gede atemaha ing awakmu
Binalang lan sela tembaga abang atemaha ing kulitmu
Binalang lan sela dom waja atemaha ing wulumu
IKI KIDUNG MULYA JASMANI
TERUSE KIDUNG KALA RUBU
Binalang lan tengahing jagat atemaha ing pusermu
Binalang lan segara rante atemaha ing ari-arimu
Binalang lan arca molah atemaha ing plananganmu
Binalang lan waja genta atemaha ing plandunganmu
Binalang lan gada murdika atemaha ing pupumu
Binalang lan waja paron atemaha ing dengkulmu
Binalang lan gada mudipa atemaha ing wentismu
Binalang lan waja pacul atemaha ing dlamakanmu
Bismillahirrohmanirrohim
Lailahailallah Hu Allah Hu Akbar Walillah Ilham = Bismillahirrohmanirrohim Alhamdulillahirobil Alamin Arrohman nirrohim malikiyaumidin iyaka nak Budu Wa Iyaka nastain Ihdinas Shirotol Mustaqim Sirotol Ladzina An amta Alaihim Ghoiril Maghdhubi Alaihim Walad Dholin
Surat Ikhlas
Bismillahirrohmanirrohim
Qul huwallah hu ahad
Allahus Shomad
Lam Yalid Walam Yulad
Walam yakhul Lahu kufuwan Ahad
GAMELAN LAGU KIDUNG
LIREN
Batara Kala waras malih, lan matur kasuwun ki dalang dene kula waras maning kaya dene mau, lan aku prasapa ning anak putune ki dalang yen lelungan ning alas kang angker, kuburan kang sintru, umah suwung kang sungil, pecanden-pecanden kang mribawa, ngomonga bae aja wuruk sudi gawe isun anak putune ki Dalang. Aku ora wani sikara, lan permisi arep balik njaluk lawon setapi nggo kudung mbokat keawanan, lan njaluk lawe sa ukel nggo benting, dugan klapa ijo papat, mbok ngelak ing dalan, Tebu nggo teken lan carang ampel gading nggo pecut mbokat dikrubut ning boca angon : Jawab Ki Dalang, Kala rungok nang dingin, Ujare Kala, gage mburu awan.
GAMELAN LEKAS KIDUNG KALA KUDUNG
Bismillahirromnirrohim
Hong gonggrang ganggring pa ganggring palanggring Pangreya parihim potata potete patiti patoto sang kala kalarang reya gora sang kala wis karuwat deningku wis ka agem deningku.
KALA NJOGET SARWI METAK 3X
Ke 1 I Ya aku Sang Banjar Petung
II Ya aku kang di pedang Lata
III Ya aku kang di penjara Mrucut
Ke 2 I Ya aku Sang Braja Lamatan
II Ya aku kang di tumbak mesem
III Ya aku di tamsir sesirig
Ke 3 I Ya aku Sang Bhatara Kala
II Ya aku Putra Hyang Guru
III Ya aku Lananging Jagat
Iki wisikane Batara Kala di Mot Wis dalang aja turu wayah sosre bismillah .. asale ana ya asale sing ora ana durga durgi sang kala wis karuwat deningku wis ka agem deningku.
HYANG DURGA NYALAR ING DALANG
Mang Dalang kula ajeng nyalar bengene ayu kine blesak, kenang punapa, ya. Jawab Ki Dalang sampean salah sawijineng wong cendala papa.
Ujare Hyang Durga : Wong wadon cendala papa ku prepun
Jawab ki Dalang : Salasijining wong wadon wani ning laki
Ujare Hyang Durga: Biyang biyang dadi kula kenang dosane laki kula, ya njaluk di ruwat mang dalang kira-kira ayu maning kaya bengen ditresnaning laki, njaluk klasa anyar bantal anyar lan njaluk pakaian lanang sapengadeg lan pakaian wadon sapangadeg lan njaluk tenong cilik isi kaca gunting lading pupur benges lenga wangi lan alat-alat paes isun.
Jawab Ki Dalang : mangga pirangaken
Ujare Hyang Durga : gage buru awan
IKI KIDUNG DURGA
Bismillah …. Hong ana laku tanpa rowang salaku lan prit anjala pangawaku randu kepuh, rambutku gimbalan jata yen segu kadi gludug yen idu timbang lan segara yen kumedep kadiya kilat.
Durga Ayu Maning Wangsul
DEWI KULIKA NYAKET ING DALANG
Ature Dewi Kulika : mang dalang kula nami dewi kulika pamong-monge bocah lembut sejagat, dugi mriki ajeng njaluk mangan segae-sega abang iwake panggang ayam ayame kira-kira olih nyolong, nyolonge kang ketangguan ning kang duwe di ujar-ujari entong kirik entong cemera aduh dadi sungsum dadi daging.
Jawabe Ki Dalang : sampean kama rupa kama wurung sampean kama salah kang durung dadi
Ujare Dewi Kulika : Si Jebrol ambrol jejaluk di pai beli wewadineng wong dikandak-kandakaken saban desa, mulane akeh boca lembut monda wong tuane ora kober menggawe, isun kang mantek, akeh boca lembut tek walik sungginge tek edek telake kedadak mati, isun kang mantek bonggan ora dikawuruhi, yen di kawuruhi turana gampang, disugu bae peturone bocah karo tumpeng cilik warna pitu, toli iwake petek bakar nyolongob, toli digebrag peturone bocah karo maca jawokan, mengkenen unine : nini among kaki among tegu rahayu pamong-mongan nira brag brag-brag 3x (Kulika wangsul).
BATARA GURU NYAKET ING DALANG
Suluk kawih : ana putra saking sabrang lembu puti pinayuan
Batara Guru nabda : dalang isun Batara Guru mamae Batara Kala dugi mriki arep njaluk kidung Raja Kala Cakra ya kidung Sasra Bedati kang tulisane ing dadae Batara Kala
Jawab Ki Dalang : mangga iki kidung Sasrabedati
Bismillah ………… Yama Raja Jara Maya
Yama Rani Nira Maya
Yasi Lapa Pala Siya
Yami Dora Rado Miya
Yami Dosa Sado Miya
Yada Yuda Dayu Daya
Yasi Yaca Caya Siya
Yasi Hama Maha Siya
BAJO BARAT NYAKET ING DALANG
Omonge Bajo Barat : mang dalang kita bajo barate Batara Kala, kita mah ora ngitung bidak bidakane bekalane bae ana 144 perlu teka mrene arep njaluk mangan kupat lepet tang – tang angin cengkaruk cikalan, gula jawa, pala, kependem, uwi, kembili, sagu, gonyang, campu, boled lan pala gumantung, pelem, jambu, danas, kates, tomat, apel.
Jawab ki dalang bojo barat rongok nang dingin : Jawab bojo barat gagian mburu awan .
KIDUNG TOLAK TANGGUL
Bismilah = ….
1. Hong tulak tanggul an baya teka saking wetan balika ngetan aja waruk sugi gawe isun weruh nama nira.
Kang ning dalam kala ngadang nama nira
Kang ning kandang kala dadungamuk nama nira
Kang ning latar kala enjer – enjer nama nira
2. Hong tolak tanggul ana baya teka saking kidul aj muruk sudi gawe ingsun weruh nama nira
Kang ning paduraksa kala inte nama nira
Kang ning jogan kala kesod namanira
Kang ning waton kala jagong nama nira
3. Hong tolak tanggul ana baya teka saking kulon balika ngulon aja wuruk sudi gawe insun weru nama sira.
Kang ning wuwungan kala Impleng nam nira
Kang ning ungkilas kala gandok nama nira
Kang ning antol kal ganzul nama nira
4. Hong tolak tanggul ana baya saking lor balika ngalor aja wuruk sudigawe ingsun weruh nama nira
Kang ning dlika kala gantung nama nira
Kang ning kasur kala karungkel nama nira
Kang ning guling kala karingkel nama nira
Swargane gunung putra gunung putri suminggah sumingkira kang adoh aja wuruk sudi gawe ingsun weruh kebaya neng setan.
KI DALANG WANGKID
Bojo barat ingsun wangkid yen wis dipai pangan tulung bubara ning pakarangane wong kang wis diruat kang picek tuntunen, kang empor gendongen kang budeg jawilen, sing sapa masi kari ning pekarangan wong kang wis diruat tek kutuk lan raja kala cakra apa jamumu = setan iya kena noli di bagi – bagi jaburan sewarnane
SETAN BUBAR
Gamelan lekas perang = ing tengah gamelan perang mandeg sawe tara ana Ki Bagus Karang njaluk mangan sega abang iwake ayam angrem sapetarangan lan jaluk sapu kawat kang gedene sedengkul anggo nyaponi pekarangane wong kang wis diruat dalang jawab ya kena
GAMELAN LEKAS PERANG
Ing tengah - tengah lagu perang ndonga endog kanga rep di buang
IKI DONGANE
Bismilah :……Nawaetu an, ad baka minal waja daeni anyata, al khulkumi fardol illahita’ala, allah hu akbar = Endog di buang
DEWA PENYARIKAN
Ature : ki dalang kula nyuwun buku kosong lan potlot nulisi wongkang wis di ruat lan durunge lan jaluk kidung telung macem
I. Kidung sri panggung
II. Kidung banyak dalang
III. Kidung Laeng
KIDUNG SARI PANGGUNG
Bismilah : …….
Hong gegana langgeng buana sunangidung sari panggung tapak,dara sanggah buana kedebogan hyang naga raja, gligen paneteg jagat, klire hyang mega mega malang, placeke hyang rajeg wesi, plunture sinaga millet, wayange si rekamaya, cempurite paneteg raga, tudinge pengawe atma, kayone weringin sungsang, pegawangan naga sumampir, aling-aling kayu teja, dalunge telaga ngembeng, lengae telaga wening, sumbue sibaya silem, genie Batara Brahma, urube Batara Surya, arenge Batara Sambu, ceracahe Batara Wisnu, kukuse Hyang Amun-Amun, kencar-kencare Hyang Teja Mulya, capite Hyang Raja Pamunah, cantole jati panggah, kang mangga durbala kabeh, kotake sigedong mengah, tutupe sigedong mineb, keprake sigelap ngampar, cempalane pandedeg bumi kang mayang baswandara, kang nggender baswandari, gendere durga nguwung, sarone sinaga sari, gong simacan anggelur, kenonge durga ngelik, tutukan panggenter jagat, kendange
paneteg iman, klenange kancil ambelik, kemanake pangundang atma kamajaya kamaratih, widadara widadari kang agamel, panayagane sipang leburan rara roga, dudu teluh taradnyana, kena sapu dendane wong tua, sanak tua, kadang tua, lebur ajur musnah ilang, sakehe tanana liwang-liwung, katuta ing barat agung, kala kili, katuta ing banyu mili, kombak kumbul, ilang ing lautan awor lan pamenang jati.
Bismillah ….
KIDUNG BANYAK DALANG
Hong pasang tabe banyak dalang ki dalang ngalora ngetana gendere dibarung bagya kamasmu raja kumitir kitir yaiki dukuhe ki banyak dalang bale kasampurnane luhure kayaman gurda waringin sumur bandung aliwungan toya-toyane ludira petaline usus binutu siwur gurut tanpa kencing gegaranya ula ingukir ingadu aji pangruwatan rara roga supata doraka ilang sakehe tanana, ana kaki-kaki kasinoman marang ampel gading sigaren prapitu enggoen sanggar pangruwatan rara roga dudu teluh tarad nyana kena sapu denda neng wong tua maratua sanaktua ilanga sakehe tanana sampurnane nyi rara sendang jejompong kabek ing kembang tumingale nyi rara sendang biyang-biyang sapa wonge jejawat maring wang gelarana klasa anyar suguhana pisang tape apem abang yen tam ring setra nonton larung dudu larungane jawata larungane ki banyak dalang ana cucuk wesi mangakang ana cucuk wesi kuning ana susuk wesi waja, aja nucuk-nucuk wangke nucuka nyi rara sendang iderana tanah sabrang aja balik-balik maning yen durung andadar dina.
KIDUNG LAENG
Bismillah …
Hong laeng pinaka roh ku sang winarni warna curiga sapa tinggal bungkuku jogipaksi tulaleku surya candrasa pangawaku randu kepuh rambutku gimbalan jata jejompong jurang kang apit jitok sumping lema legok guluku lemah nekuk uri-uri sumping landak pakiponing merak pagupakaning warak ototku leda kemendung sangkala wis karuat deningku sang durga wis ka agem deningku buta dengen pada lumayu anggiwar wedi ndeleng maringku kagiri 3 x.
KANG TUN KANG DIRUAT
Ana kidung remeksa ing wengi teguh ayu luputa ing lara luputa bilahi kabe jin setan datan purun paneluhan tan ana wani miwah penggawe ala gunaning wong luput geni atemahan tirta maling adoh tan ana wani ing mami guna duduk pan sirna.
PUPUH DANGDANG GULA
Sakehing lara pan samya balik
Sakehing ama sami miruda
Welas asih pandulune
Sakehing braja luput
Kadi kapuk tiba ing wesi
Sakehing wisatawa
Sato galak tututkayu aeng lema sangar
Soging landakguwaning wong lemah miring
Myang pakiponing merak
Pagupakaning warak sekalir
Najan arca myang segara asat
Temahan rahayu kabeh
Apan sarira ayu
Ingideran kang widadari
Rineksa malekat
Sekatahing Rosul
Pan dadi sarira tunggal
Ati adam eteku bagenda esis
Pangucapku ya musa
Napasku Nabi Isa linuwih
Nabi Yakub pamirsa ning wang
Yusuf ing rupaku mangke
Nabi Daud swaraku
Jeng Suleman kesekten mami
Nabi Ibrohim nyawa
Idris ing rambutku
Baginda Ali kulit ingwang
Getih daging Abu Bakar ngumar singgih
Balung bagenda ngusman
Sungsum ingsun Fatimah linuwih
Siti Aminah banyu ing angga
Ayub ing ususku mangke
Nabi Nuh ing jejantung
Nabi Yunus ing otot mami
Netraku ya Mukhamad
Pamuluku rosul
Pinayungan Adam sarak
Sampun pepek sakatahing para nabi
Dadiya sarira tunggal
Siji sawiji mulane dadi
Apan pencar saiseneng jagat
Kasamadan dening date
Kang maca kang angrungu
Kang anurat kang animpeni
Dadi ayuneng badan
Kinarya sesembur
Yen winacakna ing toya
Kinarya dus rara tua gelis laki
Wong edan nuli waras
TOGOG
Togog : wawancara monggo kula aturi pindah ing ajengan tengah sawetawis ngentosi godongan kupat luwar yen sampun tarikan kupat luwar kenging siram kula bade nerangaken lakone ingkang kacarita wau dalu wondene lakune antara kang diruat lan kang ngruwat kudu ngaku sedulur lair batin dene undang undange gumantes pantese kemawon ngundang bapa inggih mangga.
TOGOG WAWANCARA
Wondene undang – undang gumantung umuripun kang diruat lan kang ngruat dene kelakuanipun keda asring kepanggih seminggu sepisan kedah kepanggih lan bapak dalang mboten seminggu sesasi kedah kepanggih lan mboten sesih setaun sepisan kedah kepanggih lan bapak dalang mboten setaun sewindu sepisan kedah kepanggih lan bapak dalang, ingkang maksudipun sampun ngantos pedot tiang seduluran krana rezeki niku dugie sing seduluran, yen katah sedulure ya katah rezekie, ugi kula prasapa dumateng para sesepuh mugi – mugi kondur saking ngriki lumuntura napsunipun sampun ngantos kawutu napsu nyupatani mring anak putu lan mantu krana tiang sepuh sabdane sok netesi mring lare nem lan prasapa dumateng lare – lare ingkang maksi sekolah kula dongakaken ingkang getol sinau nipun karena elmu niku kangge bekallipun piyambek mugi – mugi naik kelas kula prasapa dateng pemuda lan pemudi lare kang sampun remaja wikan jaler lan istri mugi – mugi kondur saking ngriki gengser jejodone kapareng saged mekaya lan panjang jodone. Kula niki salah satunggaling benggol kecu juragan maling bisa selamet kenging pengaruh bawane Ki Dalang, mila kula prasapa dumateng anak putu kula ingkang maksi ngalokokaken maling begal rampok sampun ngantos gegabah ing barange bapa dalang yen maksa kula tilari supata bakal katemu lan apes pitung turunan sampun atur kula ngemungaken samantun kantun tarikan kupat luar nonten kinging siram.
GAMELAN LEKAS PERANG
Ki dalang ndongani kupat luar sarana donga burung (borong)
Bismilah hirochman nirochim
Allah huma burung kepala kapitan para mekkah
Allah huma burung kepala kapitan para mesir
Allah huma burung kepala kapitan para madinah
Allah huma burung kepala kapitan para kitab
Allah huma burung kepala kapitan para al,quran
Allah huma burung kepala kapitan para turutan
Allah huma burung kepala kapitan para nabi
Allah huma burung kepala kapitan para wali
Allah huma burung kepala kapitan para mukmin
Allah huma burung kepala kapitan para lebe
Allah huma burung kepala kapitan para lebar
Allah huma burung kepala kapitan para luwar
Lebar luwar lebar luwar birohmatika ya arkama rohkimi amin
Sekedar wacana : serat buatan manut kitab paramasidi babone sampun ambrol kantun tinggal seratan asta saking leluhur wondene salah benere gumantung kapercayane krana ing alam modern sampun katah ingkang mboten percaya dianggep takayul, upami nelitihi ning wong salah lair salah rupa lan salah laku mangke keduwung ing salae piyambek kang mboten katinggal. Kahimpun malih dumateng ki Dalang Abi Hudaya.
TAMAT
CONTOH NASKAH RUWATAN KI DALANG MARTA
RUMAH TEMPAT NASKAH INI DISIMPAN