Jabar Akan Miliki Kawasan Seni Budaya
ENAM seniman asal Jawa Barat, satu grup musik, dua lembaga yang bergerak dalam bidang seni, satu kampung adat, hotel, dan tiga tokoh yang bergerak dalam bidang kuliner dan pariwisata, Rabu (31/12) malam mendapat Anugerah Budaya 2008 dari Pemprov Jabar. Anugerah berupa uang dan piagam itu, diberikan secara langsung oleh Gubernur Jabar Ahmad Heryawan di Gedung Merdeka, Jln. Asia Afrika, Bandung, dalam acara kilas balik pembangunan seni, budaya, dan pariwisata di Jawa Barat sepanjang tahun 2008.
Para penerima anugerah tersebut adalah Achdiat Kartamihardja, Wahyu Wibisana (sastrawan), Yayasan Rancage, Selasar Seni Sunaryo, Grup Musik Bimbo, T. Wahyudin (pelestari ibing tayub, Sumedang)), Biranul Anas (perupa), Nomir Ismail (pelestari topeng, Bekasi), almarhum Mang Koko (tokoh karawitan Sunda), Kampung Adat Naga, Safari Ganden Puncak (hotel), almarhum A. Hawadi (pendiri Aktripa), H. Yahya Machmoed, S.E. (pendiri Asita), dan H. Ato Hermanto (pengusaha Dodol Picnic Garut) .
Mereka yang menerima Anugerah Budaya 2008 itu dinilai telah memberikan kontribusi yang besar dalam pembangunan seni budaya dan pariwisata di Jawa Barat, sehingga Jawa Barat dikenal sebagai daerah yang hidup dan kaya dengan potensi alam dan seni budaya.
Sayangnya, acara pemberian Anugerah Budaya 2008 yang berlangsung di Gedung Merdeka pada malam tahun baru itu kalah meriah dibandingkan dengan pelaksanaan serupa tahun 2007. Setahun lalu, acara penganugerahan banyak diisi dengan pertunjukan seni tradisional sehingga penyair Rendra dibuat kagum.
Pada penganugerahan kali ini, hanya diisi pertunjukan tari tradisional yang dikreasi oleh salah satu lingkung seni dari kaki Gunung Manglayang, Kab. Bandung, yang antara lain dipimpin oleh Bah Kawi. Selain itu, juga diisi oleh pertunjukan musik arumba dari Saung Angklung Udjo, serta pertunjukan nasyid dari D’Fikr.
Untung saja acara tersebut terangkat dengan pertunjukan grup musik Bimbo, yang dibawakan oleh Sam dan Jaka minus Acil, setelah para tamu undangan dibuat jenuh menyaksikan tayangan film kilas balik yang tanpa narasi dalam potongan film yang tampak asal edit itu.
Potongan-potongan film yang diandaikan sebagai gambaran dari pembangunan Jawa Barat dalam bidang seni dan budaya itu, tidak menjelaskan apa pun selain mencoba memberikan gambaran bahwa di Jawa Barat antara lain pernah ada acara pesta pesisiran dan pertunjukan-pertunjukan seni lainnya, baik berskala nasional maupun lokal.
Terlepas dari persoalan tersebut, dalam sambutannya Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan bahwa Pemprov Jabar mempunyai perhatian yang cukup serius dalam upaya membangun seni dan budaya di Jawa Barat. Berkait dengan itu, pihaknya akan membangun kawasan seni dan budaya yang representatif dan berskala internasional.
Gubernur juga mengemukakan, program pelestarian bahasa, sastra, dan aksara daerah pun mendapatkan perhatian yang serius untuk ditindaklanjuti pembangunannya.
Sam Bimbo menuturkan, diberikannya Anugerah Budaya 2008 oleh Gubernur Jabar kepada para seniman yang masih hidup adalah tradisi yang pantas untuk dilanjutkan. Sebab, adakalanya pemberian anugerah ini banyak diberikan setelah senimannya meninggal dunia.
Menurut Sam, Sunda memiliki karya seni dan budaya yang demikian tinggi. Untuk itulah, baik pemerintah maupun para senimannya harus bahu-membahu dalam menjalankan pembangunan kesenian di jawa Barat.
“Siapa yang tidak kagum dengan karawitan Sunda, seperti kacapi atau angklung? Kalau bukan kita yang menghargai dengan sungguh-sungguh, lalu siapa? Jangan sampai kita baru ngeh bila hasil karya seni tersebut sudah diambil oleh orang. Seperti kasus angklung oleh Malaysia!” ujar Sam disambut tepuk tangan.
Seusai memberikan Anugerah Budaya 2008, Ahmad Heryawan didampingi Wakil Gubernur Jabar Dede Yusuf dan Wali Kota Bandung H. Dada Rosada mengendarai sepeda yang sudah disediakan di depan Gedung Merdeka, Jln. Asia Afrika Bandung.
Hal itu dilakukan menjelang detik-detik pergantian tahun. Ketiganya berharap pada tahun 2009, nasib bangsa dan negara ini bisa lebih baik lagi dari tahun-tahun sebelumnya.
(dicopy dari Pikiran Rakyat 2 Januari 2009)
Para penerima anugerah tersebut adalah Achdiat Kartamihardja, Wahyu Wibisana (sastrawan), Yayasan Rancage, Selasar Seni Sunaryo, Grup Musik Bimbo, T. Wahyudin (pelestari ibing tayub, Sumedang)), Biranul Anas (perupa), Nomir Ismail (pelestari topeng, Bekasi), almarhum Mang Koko (tokoh karawitan Sunda), Kampung Adat Naga, Safari Ganden Puncak (hotel), almarhum A. Hawadi (pendiri Aktripa), H. Yahya Machmoed, S.E. (pendiri Asita), dan H. Ato Hermanto (pengusaha Dodol Picnic Garut) .
Mereka yang menerima Anugerah Budaya 2008 itu dinilai telah memberikan kontribusi yang besar dalam pembangunan seni budaya dan pariwisata di Jawa Barat, sehingga Jawa Barat dikenal sebagai daerah yang hidup dan kaya dengan potensi alam dan seni budaya.
Sayangnya, acara pemberian Anugerah Budaya 2008 yang berlangsung di Gedung Merdeka pada malam tahun baru itu kalah meriah dibandingkan dengan pelaksanaan serupa tahun 2007. Setahun lalu, acara penganugerahan banyak diisi dengan pertunjukan seni tradisional sehingga penyair Rendra dibuat kagum.
Pada penganugerahan kali ini, hanya diisi pertunjukan tari tradisional yang dikreasi oleh salah satu lingkung seni dari kaki Gunung Manglayang, Kab. Bandung, yang antara lain dipimpin oleh Bah Kawi. Selain itu, juga diisi oleh pertunjukan musik arumba dari Saung Angklung Udjo, serta pertunjukan nasyid dari D’Fikr.
Untung saja acara tersebut terangkat dengan pertunjukan grup musik Bimbo, yang dibawakan oleh Sam dan Jaka minus Acil, setelah para tamu undangan dibuat jenuh menyaksikan tayangan film kilas balik yang tanpa narasi dalam potongan film yang tampak asal edit itu.
Potongan-potongan film yang diandaikan sebagai gambaran dari pembangunan Jawa Barat dalam bidang seni dan budaya itu, tidak menjelaskan apa pun selain mencoba memberikan gambaran bahwa di Jawa Barat antara lain pernah ada acara pesta pesisiran dan pertunjukan-pertunjukan seni lainnya, baik berskala nasional maupun lokal.
Terlepas dari persoalan tersebut, dalam sambutannya Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan bahwa Pemprov Jabar mempunyai perhatian yang cukup serius dalam upaya membangun seni dan budaya di Jawa Barat. Berkait dengan itu, pihaknya akan membangun kawasan seni dan budaya yang representatif dan berskala internasional.
Gubernur juga mengemukakan, program pelestarian bahasa, sastra, dan aksara daerah pun mendapatkan perhatian yang serius untuk ditindaklanjuti pembangunannya.
Sam Bimbo menuturkan, diberikannya Anugerah Budaya 2008 oleh Gubernur Jabar kepada para seniman yang masih hidup adalah tradisi yang pantas untuk dilanjutkan. Sebab, adakalanya pemberian anugerah ini banyak diberikan setelah senimannya meninggal dunia.
Menurut Sam, Sunda memiliki karya seni dan budaya yang demikian tinggi. Untuk itulah, baik pemerintah maupun para senimannya harus bahu-membahu dalam menjalankan pembangunan kesenian di jawa Barat.
“Siapa yang tidak kagum dengan karawitan Sunda, seperti kacapi atau angklung? Kalau bukan kita yang menghargai dengan sungguh-sungguh, lalu siapa? Jangan sampai kita baru ngeh bila hasil karya seni tersebut sudah diambil oleh orang. Seperti kasus angklung oleh Malaysia!” ujar Sam disambut tepuk tangan.
Seusai memberikan Anugerah Budaya 2008, Ahmad Heryawan didampingi Wakil Gubernur Jabar Dede Yusuf dan Wali Kota Bandung H. Dada Rosada mengendarai sepeda yang sudah disediakan di depan Gedung Merdeka, Jln. Asia Afrika Bandung.
Hal itu dilakukan menjelang detik-detik pergantian tahun. Ketiganya berharap pada tahun 2009, nasib bangsa dan negara ini bisa lebih baik lagi dari tahun-tahun sebelumnya.
(dicopy dari Pikiran Rakyat 2 Januari 2009)