Mengarusutamakan Jender Melalui Film

JAKARTA, KOMPAS.COM--Salah satu cara memperluas pemahaman mengenai kesetaraan dan keadilan jender serta feminisme adalah melalui film. Medium ini dianggap ampuh karena bersifat menghibur sehingga lebih mudah diterima.
Demikian disampaikan penanggung jawab program V Film Festival, Vivian Idris, dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (14/4). V Film Festival adalah festival film perempuan internasional dengan perspektif feminis pertama di Indonesia. Festival diselenggarakan bersama Kartini Asia Network, Kalyana Shira Foundation, Komunitas Salihara, dan Yayasan Jurnal Perempuan dalam menyambut Hari Perempuan Internasional 8 Maret dan Hari Kartini 21 April.
Penyelenggaraan V Film Festival diadakan karena semakin banyak sutradara perempuan melahirkan film dan film-film perempuan cenderung tenggelam bila diputar di dalam festival film yang bersifat umum. Meskipun penyelenggaraan kali ini belum maksimal karena dipersiapkan dalam waktu empat bulan, para penggagas memutuskan menyelenggarakan festival tahun ini sebagai langkah awal.
Nia Dinata, sutradara dan pendiri Kalyana Shira Foundation mengatakan, festival ini juga dimaksudkan membuka pemahaman penonton tentang perspektif jender. ”Kebanyakan film dan tontonan seperti sinetron dibuat dengan perspektif patriarki dan penonton sering tidak menyadari,” kata Nia Dinata.
Dalam film seperti itu, perempuan hanya diobyekkan untuk kepentingan laki-laki, bahkan ketika isunya menyangkut isu personal perempuan, seperti poligami.
Pekan film berlangsung 21-26 April di Salihara, Jakarta Selatan, memutar hanya karya sutradara perempuan berupa film cerita dan dokumenter, antara lain Water Lilies (Celine Sciamma, Perancis) sebagai pembuka dan Mother Beast Mother Nature (Helke, Jerman), serta film karya perempuan Indonesia, seperti Pertaruhan dan Mereka Bilang Saya Monyet. Selain itu, ada diskusi tentang seksualitas remaja dan teori feminisme dalam film serta bengkel kerja tentang produksi film berperspektif jender untuk sutradara muda.(NMP)