Dari Seniman untuk lingkungan

oleh
Reza Saeful Rachman


Disaat sebagian orang menghabiskan malam minggu bersama keluarga atau sang kekasih hati, sebagian masyarakat kota bandung memilih menyaksikan sebuah pergelaran seni yang bertajuk “pertunjukan seni untuk lingkungan” yang diadakan di teater tertutup dago tea house sabtu malam(27/12/08).

Pertunjukan seni ini digagas oleh Iman Soleh, seorang seniman yang kian hari makin prihatin dengan kondisi lingkungan kota bandung. Bersama kerabat-kerabatnya dulu di smp negeri 12 Bandung yang salah satunya adalah wakil walikota bandung Bapak Ayi Vivananda, beliau berharap semoga dengan diadakannya pergelaran ini, kesadaran masyarakat kota bandung akan pentingnya menjaga kotanya dari kerusakan lingkungan lebih maksimal lagi.

Acara tersebut dimulai pada pukul 19.30 dengan beberapa pendukung acara antara lain Ozenk percussion, tampilan musik dari 100%, musikalisasi puisi dari Ferry curtis, serta pada puncaknya adalah pertunjukan teater, sedangkan pembawa acara untuk acara ini adalah Satria Yanuar Akbar, seorang budayawan dari saung angklung udjo bandung.

Pertama-tama acara dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaan indonesia raya secara bersama-sama. Setelah itu dilanjutkan ke pembacaan sebuah prolog karya iman soleh, pemberian sambutan-sambutan, dan pembahasan isu-isu mengenai lingkungan oleh pembawa acara, pembacaan doa, dan yang paling ditunggu adalah penampilan dari para pendukung acara pergelaran ini.

Yang mendapat giliran pertama kali untuk menggoncang panggung adalah Ozenk percussion. Selama kira-kira setengah jam lamanya, grup perkusi penuh prestasi ini berhasil membuat penonton berdecak kagum lewat alunan-alunan musik perkusi karya mereka. Ada beberapa hal yang cukup menarik dalam penampilan grup perkusi ini, antara lain musik yang mereka tampilkan malam itu merupakan campuran dari musik lokal tradisional dengan musik etnik amerika latin(inca), menggunakan kostum dari bahan daur ulang, dan yang paling unik adalah disertakannya alat musik karinding, sebuah alat musik tradisional sunda yang eksistensinya kini mulai hilang.

Penampilan kedua adalah bagian grup 100%, sebuah grup musik percampuran antara musik tradisional dengan musik modern. Grup ini telah memiliki banyak prestasi antara lain pernah bermain di perhelatan world drum malaysia, serta tampil pada festival musik di jepang. Jika dicermati karya-karya mereka hampir sama dengan grup lain yang hampir sejenis antara lain kantata takwa serta balawan. Setelah penampilan dari 100%, giliran Ferry curtis yang naik ke panggung. Dengan beberapa sajian musikalisasi puisi karya beberapa pengarang (salah satunya iman soleh), secara prima beliau menggetarkan hati penonton lewat syair-syair berisi tentang petingnya lingkungan bagi kehidupan seluruh makhluk hidup di jagat raya.

Puncak dari acara ini adalah pertunjukan teater berjudul “air” yang disutradarai oleh iman soleh. Pertunjukan teater ini pernah ditampilkan di pakistan dan bulan juni nanti akan mengadakan tur ke wilayah sumatra. Lewat sajian ini, kita akan merasakan bahwa air amat penting bagi kehidupan kita. Karena air amat esensial bagi seluruh makhluk jagat raya. Sajian ini diakhiri dengan pesan bahwa kita harus merenung dan memahami air agar air pun memahami kita.

Akhirnya pertunjukan ini pun berakhir. Semoga lewat pertunjukan seni ini, kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan dapat lebih maksimal lagi. Dan dengan berakhirnya pertunjukan ini, seolah menjadi awal untuk kita dalam usaha-usaha menjaga dan melestarikan lingkungan khusunya kota bandung. (Reza Saeful Rachman)